Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Jurnalis Yekaterina Duntsova Maju Pemilu Rusia Lawan Putin, Bawa Semangat Anti-Perang

Kompas.com - 21/12/2023, 16:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

 MOSKWA, KOMPAS.com - Mantan jurnalis TV Yekaterina Duntsova mengajukan diri pada Rabu (20/12/2023) untuk maju dalam pemilihan presiden Rusia pada bulan Maret mendatang, yang diperkirakan akan dimenangkan incumbent Vladimir Putin.

Duntsova, 40 tahun, menyerukan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu untuk mengakhiri konflik di Ukraina dan pembebasan tahanan politik termasuk pemimpin oposisi Alexei Navalny.

Dia menyerahkan dokumen kepada para pejabat di Komisi Pemilihan Umum Pusat untuk secara resmi mengikuti pemilihan umum, di mana kemenangan Putin secara luas dilihat sebagai kesimpulan yang sudah pasti oleh para pendukung dan penentangnya.

Baca juga: Putin Sama Sekali Tak Melunak, Bahkan Bertekad Tingkatkan Kekuatan Nuklir Hadapi Barat

Duntsova kini menghadapi rintangan besar untuk mendapatkan 300.000 tanda tangan untuk mendukung pencalonannya dari seluruh Rusia, pada 31 Januari.

Namun, Duntsova mengoreksi seorang reporter yang bertanya kepadanya apakah dia pikir pihak berwenang akan mengizinkannya mencalonkan diri.

"Mengapa kita berbicara tentang izin jika ini adalah hak saya menurut hukum dan saya memiliki kemungkinan itu dan memiliki kualitas yang diperlukan untuk mencalonkan diri?" jawabnya.

"Kami hanya bergerak sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh hukum federal, dan untuk itu kami tak perlu izin siapa pun," tambahnya.

Putin, 71 tahun, telah berkuasa sebagai presiden atau perdana menteri sejak 1999 dan sedang mengincar masa jabatan enam tahun lagi.

Dengan Navalny yang menjalani hukuman penjara selama lebih dari 30 tahun dan para pengkritik Kremlin terkemuka lainnya yang berada di balik jeruji besi atau di luar negeri karena risiko penangkapan, tidak ada tokoh oposisi yang mapan untuk menantangnya.

Para pendukung Navalny menyebut proses ini palsu. Mereka mengatakan bahwa Kremlin, melalui komisi pemilihan umum, mengontrol siapa yang dapat mencalonkan diri dan dapat dengan mudah memanipulasi pemungutan suara jika diperlukan dengan bantuan sistem pemungutan suara elektronik yang tidak jelas.

Baca juga: Pilpres Rusia 2024, 16 Orang Daftar Jadi Capres Penantang Putin

Kremlin mengatakan Putin akan menang karena ia mendapat dukungan publik yang besar, dengan peringkat jajak pendapat sekitar 80 persen.

Putin mengumumkan pada awal bulan ini bahwa ia akan mencalonkan diri, namun sejauh ini belum ada kandidat lain yang mendaftar secara resmi.

Mereka yang didukung oleh partai politik hanya membutuhkan 100.000 tanda tangan.

Dalam wawancaranya dengan Reuters, Duntsova menghindari penggunaan kata perang untuk menggambarkan konflik Rusia-Ukraina, yang disebut Putin sebagai "operasi militer khusus".

Dia mengaku takut.

Baca juga: Putin Akan Tindak Keras Agen Asing yang Ganggu Stabilitas Rusia

"Setiap orang waras yang mengambil langkah ini pasti takut, tapi ketakutan tidak boleh menang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com