KYIV, KOMPAS.com – Masih ada beberapa hal baru yang terjadi mewarnai perang Rusia-Ukraina hari ke-548 pada Jumat (25/8/2023).
Ini termasuk, Kremlin menepis rumor bahwa mereka mengatur kematian pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin, yang diduga tewas dalam kecelakaan pesawat dua bulan setelah memimpin pemberontakan di Rusia.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina menyebut kelompok bayaran asal Rusia, Wagner, sudah tidak berguna lagi, setelah bosnya, Yevgeny Prigozhin, diduga tewas dalam penerbangan.
Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman serangan Rusia ke Ukraina hari ke-548 yang dapat Anda simak:
Moskwa pada Jumat mengatakan, pasukannya telah menggagalkan upaya Ukraina untuk menyerang Crimea yang dicaplok Rusia dengan 42 drone semalam.
“Sembilan UAV (kendaraan udara tak berawak) hancur di wilayah Republik Crimea. 33 UAV dicegat oleh peperangan elektronik dan jatuh tanpa mencapai sasaran,” tulis Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram, dikutip dari AFP.
Kementerian tidak mengatakan apakah ada kerusakan atau korban jiwa.
Dinas keamanan FSB Moskwa pada Jumat menuduh Kyiv memanipulasi warga Rusia untuk membakar gedung-gedung pemerintah.
Mereka pun memperingatkan bahwa tindakan “teroris” seperti itu dapat mengakibatkan hukuman penjara hingga 19 tahun.
Sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina tahun lalu, sering terjadi laporan serangan terhadap kantor wajib militer dan sabotase kereta api.
FSB memperingatkan Kyiv sedang mencoba merekrut warga Rusia secara online, menawarkan uang cepat, dan membujuk mereka untuk melakukan pembakaran gedung perkantoran.
Menteri Luar Negeri Turkiye pada Jumat bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan dengan Rusia yang memungkinkan jalur aman gandum melintasi Laut Hitam.
Kementerian Luar Negeri Turkiye merilis foto Hakan Fidan berjabat tangan dengan Zelensky.
Para diplomat sebelumnya mengatakan perundingan tersebut akan fokus pada perjanjian gandum yang ditengahi PBB dan Turki, yang ditarik oleh Rusia bulan lalu.
Oposisi Estonia dan media arus utama pada Jumat menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Kaja Kallas setelah diketahui bahwa sebuah perusahaan yang sebagian dimiliki oleh suaminya terus beroperasi di Rusia.