Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Makanan Jawa Seperti Soto dan Pecel Populer di Suriname?

Kompas.com - 08/08/2023, 16:30 WIB
BBC News Indonesia,
Tito Hilmawan Reditya

Tim Redaksi

PARAMARIBO, KOMPAS.com - Sesuai namanya, setiap hari Minggu pasar itu menjadi wadah pertemuan bagi orang-orang Jawa yang tinggal di Paramaribo dan sekitarnya.

Selain sebagai tempat jual beli dan wadah temu kangen, Pasar Saoenah adalah cermin perkembangan kebudayaan Jawa. Pada satu sisi kuliner asal Jawa semakin populer, sedangkan di sisi lain bahasa Jawa lambat-laun memudar, terutama di kalangan anak-anak muda.

Saya datang ke Pasar Saoenah saat hari masih pagi.

Baca juga: Raja Belanda Minta Maaf atas Perbudakan, Warga Suriname Merespons

Pasar yang penampakannya mirip dengan pasar-pasar tradisional di Indonesia, lengkap dengan los beratap seng, ramai dengan orang-orang yang menyiapkan barang dagangan mereka di atas meja-meja kayu yang ditata rapi.

Selagi melangkah, saya mendengar alunan lagu-lagu pop Jawa dari penyanyi kondang almarhum Didi Kempot. Dipadu dengan aroma makanan, kesan bahwa Pasar Saoenah adalah sepetak bumi Jawa tak terelakkan. Padahal, secara geografis, pasar ini letaknya sekitar 18.000 kilometer dari Pulau Jawa di Indonesia.

Saat matahari beranjak tinggi, makin banyak pengunjung yang datang dari berbagai kota serta dari beberapa negara lain seperti Kanada dan Belanda. Sebagian besar adalah orang-orang yang masih punya kerabat di Suriname.

Para pengunjung mencari makanan Jawa seperti nasi goreng (di Suriname lebih sering disebut sebagai nasi saja, tanpa embel-embel goreng), mi goreng (bami), pecel (petjel), oseng kacang panjang, babat goreng, kering kentang, sate ayam, soto ayam (sebutan populernya adalah saotoajam), ayam goreng, ayam bakar, dan aneka sambal.

 

Saoto bisa dikatakan ikonik. Terkenal di mana-mana. Hidangan ini terdiri dari kuah kaldu ayam, suwir daging ayam, taoge, bihun, bawang goreng, dan telur rebus. Sangat mirip soto ayam, namun dengan kuah yang lebih bening.

Jika mengincar kudapan, ada dadar gulung, kacang telur, kacang bawang, rempeyek, dan aneka keripik. Haus? Jangan khawatir, ada es cendol yang di Suriname lebih dikenal dengan dawet.

"Senang saya berjualan di sini. Saya berjualan nasi, bami, babat, sayap ayam goreng, saoto," kata Eijke, warga Paramaribo, kepada wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.

Bersama suaminya, Eijke sudah 10 tahun berjualan di Pasar Saoenah.

Baca juga: Kontes Putri Jawa Suriname Ucapkan Terima Kasih atas Perhatian Indonesia

Tidak jauh dari lapak Eijke, ada Marijke dan anaknya Gary yang berjualan sambal, kerupuk, rempeyek, dan keripik.

"Aku wis suwe dodolan neng kene... (saya sudah lama berjualan di sini)," kata Marijke dengan bahasa Jawa ngoko.

Ngoko adalah tingkatan bahasa yang terendah dalam bahasa Jawa yang dipakai untuk berbicara dengan orang yang sudah akrab, dengan orang yang lebih rendah kedudukannya, atau dengan orang yang lebih muda.

Sebagian besar orang Jawa di Suriname menggunakan bahasa Jawa ngoko.

"Meski harga barang-barang di sini naik, jualan saya (tetap) laris," sambungnya. Meja dagangannya penuh dengan kacang dan aneka jenis keripik yang dibungkus kantong plastik. Percakapan terhenti oleh pengunjung yang membeli keripik singkong.

Di belakangnya, anak-anaknya yang lain berjualan lumpia, dadar gulung, oseng kacang panjang, nasi goreng, mi goreng, dan pecel.

Di sebelahnya, Gary sibuk menuang pecahan es batu ke kotak plastik berwarna biru muda berisi cendol. "Dawet, mas. Dawet pandan," kata Gary.

Di antara para pembeli dawet atau cendol, ada Satish, yang datang bersama istrinya.

Baca juga: [UNIK GLOBAL] Citayam Fashion Week Diapresiasi Media Jepang | Putri Jawa Suriname 2022 Digelar

"Segar, manis, enak ... rasanya berbeda dengan minuman lain. Di komunitas kami tidak ada minuman seperti ini. Makanan di komunitas Jawa rasanya lezat. Dawet ini adalah salah satu favorit kami," ujar Satish.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com