Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Batasi Lagi Jam Kerja Mahasiswa Asing Mulai 1 Juli , Pelajar Indonesia Terdampak

Kompas.com - 17/06/2023, 10:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: Farid Ibrahim/ABC News Indonesia

SYDNEY, KOMPAS.com - Bila tidak sedang berkutat di laboratorium teknik Universitas Monash sebagai mahasiswa doktoral, Naufan Nurrosyid tak ingin membuang-buang waktu luangnya di Melbourne.

Sejak tiba di Australia pada tahun lalu, mahasiswa jurusan material engineering ini menyibukkan diri bekerja part time untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin mahal.

"Saya kerjanya sebagai cleaner di salah satu universitas, dari jam 2 sampai jam 6 pagi," ujar Naufan kepada ABC News Indonesia.

Baca juga: Pejabat Australia Tak Diizinkan Miliki Pin Perak dari Presiden Jokowi

"Sudah lebih lebih dari satu tahun saya menjalani pekerjaan ini," kata dosen Universitas Pertahanan di Sentul, Kabupaten Bogor itu.

Dia mengaku ingin memaksimalkan kesempatan bekerja selama berada di Australia, karena dari pengalamannya di negara lain, kesempatan seperti ini sangatlah jarang.

Tetapi, keinginan Naufan tersebut kini semakin terbatas, setelah Pemerintah Australia yang akan mengembalikan pembatasan jam kerja bagi mahasiswa asing mulai 1 Juli 2023, yakni maksimal 48 jam per dua minggu.

Padahal sejak 1 Januari 2022, pembatasan jam kerja dihapus sama sekali sehingga mahasiswa asing dan keluarganya dapat bekerja semaksimal mungkin, demi mengatasi kelangkaan tenaga kerja.

Khusus bagi pemegang visa pelajar yang telah bekerja di sektor perawatan lanjut usia (lansia) pada 9 Mei 2023, mereka tetap bisa bekerja tanpa pembatasan jam kerja hingga 31 Desember 2023.

Dari pengalaman Naufan, biaya hidup yang termasuk dalam beasiswanya tidaklah mencapai batas garis kemiskinan di Australia, sehingga mau tidak mau ia harus bekerja untuk menutupi kekurangannya.

Baca juga: Berniat Batalkan Sewa Tanah Kedubes Baru Rusia, Australia Kalah di Pengadilan

"Jadi menurut saya hal ini tergantung ke pemberi beasiswa dan individu mahasiswanya. Kalau pemberi beasiswa tak mampu memberi beasiswa di atas garis kemiskinan, mestinya jam kerjanya tidak perlu dibatasi," katanya.

Di sisi lain, kata ayah satu anak ini, mahasiswanya sendiri pasti tahu diri mengatur waktunya, karena mereka datang ke negara ini untuk menyelesaikan pendidikan yang menjadi prioritas bagi mereka.

"Jadi kalau memang bisa, tidak usah dibatasi, apalagi sekarang biaya hidup di Australia semakin mahal. Harga-harga naik semua," ucap Naufan, yang juga bekerja sebagai asisten dosen di Universitas Monash.

Sebagai asisten dosen, katanya, dia dibayar per jam, biasanya hanya tiga jam per minggu.

"Kadang dalam satu minggu dapatnya sampai delapan jam, tapi kadang juga sampai dua minggu tidak dapat sama sekali," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com