Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan Parah di Tanduk Afrika Tak Akan Terjadi Tanpa Perubahan Iklim

Kompas.com - 28/04/2023, 10:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com – Jika perubahan iklim tak terwujud, kekeringan yang terjadi di Tanduk Afrika tidak akan terjadi. Tanduk Afrika mencakup beberapa negara meliputi Djibouti, Eritrea, Etiopia, Kenya, Somalia, Sudan, Sudan Selatan, dan Uganda.

Kekeringan yang melanda Tanduk Afrika membuat sekitar 4,35 juta orang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Tahun lalu, sekitar 43.000 orang di Somalia diperkirakan meninggal karena kekeringan.

Dilansir dari Reuters, Kamis (27/4/2023), Etiopia, Kenya, dan Somalia mengalami kegagalan musim hujan sebanyak lima kali berturut-turut sejak 2020.

Baca juga: Dampak Kekeringan Inggris, Populasi Katak Menurun

Sejumlah kelompok bantuan bahkan menyebut kondisi tersebut menjadikan kawasan itu mengalami kekeringan terburuk selama 40 tahun terakhir.

Meski pemicu kekeringan sangatlah kompleks, tim ilmuwan iklim internasional bersama kelompok Atribusi Cuaca Dunia (WWA) menggarisbawahi bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca membuat kekeringan di sana 100 kali lebih mungkin terjadi.

Perubahan iklim telah membuat kekeringan ini luar biasa,” kata Joyce Kimutai, seorang ilmuwan iklim dari Departemen Meteorologi Kenya yang bekerja dengan WWA dalam penelitian tersebut.

Dia dan timnya menemukan bahwa di dunia dengan suhu 1,2 derajat celsius yang lebih dingin, kombinasi curah hujan yang rendah dan evapotranspirasi tidak akan menyebabkan kekeringan sama sekali.

Baca juga: Kekeringan Parah di Spanyol Munculkan Gereja yang Terendam

Dengan menggunakan permodelan komputer dan pengamatan iklim, tim WWA menetapkan bahwa perubahan iklim telah membuat hujan lebat di Tanduk Afrika dari Maret hingga Mei dua kali lebih mungkin tidak terjadi.

Di sisi lain, hujan singkat dari Oktober hingga Desember di kawasan itu menjadi lebih basah.

Selain itu, kekeringan di Tanduk Afrika yang berlangsung hampir tiga tahun juga bertepatan dengan La Nina.

La Nina menyebabkan hujan singkat di Afrika Timur menjadi di bawah rata-rata. Kondisi tersebut memperparah efek yang sudah ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Baca juga: Italia Hadapi Peringatan Kekeringan Baru, Kanal-kanal Venesia Mengering

Selain lebih sedikit hujan yang turun di Tanduk Afrika, semakin panasnya suhu akibat pemanasan global menyebabkan banyak air yang menguap dari tanah dan berpindah dari tumbuhan ke atmosfer.

“Kekeringan ini terutama disebabkan oleh peningkatan evaporasi yang kuat akibat suhu tinggi,” kata Kimutai.

Meskipun prediksi awal musim hujan keenam gagal, Tanduk Afrika saat ini sudah terjadi hujan beberapa kali.

Dan kendati sudah turun hujan, masih diperlukan lebih banyak hujan untuk membantu memulihkan para petani dan penggembala di Tanduk Afrika.

Baca juga: Penampakan Kuil Bersejarah di Pulau Luoxingdun Usai Danau Air Tawar Terbesar China Terdampak Kekeringan Parah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com