Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim: 2022 Disebut Tahun Panas dan Kekeringan

Kompas.com - 26/08/2022, 12:46 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia sedang mengalami salah satu kekeringan paling meluas dalam beberapa dekade terakhir, kata para ilmuwan. Sejumlah wilayah bahkan memecahkan rekor. Kekeringan kilat yang terjadi secara tiba-tiba juga menjadi lebih umum.

"Ini adalah tahun yang cukup luar biasa untuk kekeringan di belahan bumi utara, dengan kekeringan panas yang hampir memecahkan rekor atau memecahkan rekor secara bersamaan dialami Amerika Utara, Eropa dan Mediterania, serta China," kata Benjamin Cook, seorang ilmuwan senior dan peneliti kekeringan di Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.

Namun wilayah lain juga terkena dampak parah, termasuk Afrika Timur, Amerika Selatan, beberapa wilayah Asia dan beberapa bagian Australia, kata para pakar.

Baca juga: Karena Perubahan Iklim, Satwa Liar Jepang Lebih Ganas Serang Warga

Salah satu kawasan yang mengalami dampak terparah adalah wilayah Tanduk Afrika, tempat musim hujan tidak turun selama bertahun-tahun.

Situasi di kawasan itu menyebabkan keadaan yang disebut oleh Nuur Mohamud Sheekh, juru bicara blok perdagangan regional (IGAD), sebagai kekeringan terburuk dalam 40 tahun. Dia berkata, keadaan itu berdampak pada ketahanan pangan bagi sekitar 50 juta orang.

Afrika menderita kekeringan lebih sering daripada benua lain, menurut laporan oleh Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UNCCD). Dari 134 kejadian kekeringan di benua itu antara tahun 2000 hingga 2019, 70 di antaranya terjadi di Afrika Timur.

China juga telah mengumumkan darurat kekeringan tahun ini, karena suhu yang terik telah mengeringkan beberapa sungai termasuk bagian dari Yangtze, sungai terpanjang ketiga di dunia.

Baca juga: Oasis di Maroko Menyusut karena Perubahan Iklim

Dasar Sungai Jialing di lokasi ia bertemu dengan sungai Yangtze terekspos karena kekeringan di Chonqing, China, Agustus 2022.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Dasar Sungai Jialing di lokasi ia bertemu dengan sungai Yangtze terekspos karena kekeringan di Chonqing, China, Agustus 2022.

Daya listrik yang dihasilkan di PLTA provinsi Sichuan telah turun secara signifikan sehingga menyebabkan pemadaman. Pengiriman dengan kapal kargo juga telah dihentikan di beberapa jalur air dan lebih dari dua juta hektar lahan pertanian di enam provinsi telah terdampak, kata para pejabat pemerintahan seperti dikutip berbagai media.

Rekor curah hujan rendah telah dipecahkan di Eropa bagian barat, menurut Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus. Sementara itu, negara-negara Asia Tengah seperti Afghanistan dan Iran sudah mengalami kondisi kekeringan parah selama lebih dari satu tahun sekarang.

Di belahan bumi selatan, Amerika Selatan sangat terpengaruh dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi kekeringan menyebabkan penurunan panen sereal 2020-2021 hampir 3 persen, sementara Cile bagian tengah telah mengalami kekeringan besar selama 13 tahun - yang terpanjang di kawasan itu selama satu milenium, menurut laporan PBB.

"Selain itu, kekeringan multi-tahun di Cekungan Parana-La Plata, yang terburuk sejak 1944, berdampak pada Brasil tengah-selatan dan sebagian Paraguay dan Bolivia," kata laporan itu.

Baca juga: Perang Rusia Vs Ukiraina Alihkan Fokus Global Atasi Perubahan Iklim

Kekeringan kilat

Perempuan Turkana membawa kayu bakar di wilayah yang mengalami kekeringan jangka panjang di Kenya pada Juli 2022.AFP via BBC INDONESIA Perempuan Turkana membawa kayu bakar di wilayah yang mengalami kekeringan jangka panjang di Kenya pada Juli 2022.

Di masa lalu, kekeringan biasanya berkembang dalam beberapa musim atau tahun, namun ini mulai berubah di banyak tempat, kata para ilmuwan.

Kombinasi curah hujan rendah dan panas ekstrem menyebabkan kekeringan yang terjadi dengan cepat, seperti yang terlihat di beberapa daerah musim panas ini di belahan bumi utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com