Penulis: DW Indonesia
MOSKWA, KOMPAS.com - Pada hari-hari pertama setelah invasi Rusia ke Ukraina setahun yang lalu, ekonomi Rusia memang sempat goyah.
Sekutu Barat, yang dipimpin oleh AS dan Uni Eropa, menjatuhkan sanksi berat terhadap perdagangan dan sistem keuangan negara itu. Nilai tukar mata uang Rubel sempat anjlok ke rekor terendah terhadap dolar AS.
Bursa saham Moskwa langsung ditutup selama beberapa hari, dan bank sentral Rusia menggandakan suku bunga untuk mencegah larinya dana dari dalam negeri ke luar negeri.
Baca juga: Pesawat Rusia Diserang dan Hancur di Belarus
Dalam sebuah pernyataan, para pemimpin Uni Eropa menggambarkan "konsekuensi serius dan parah" yang akan dihadapi Rusia karena sanksi itu.
Para pengamat ekonomi memperkirakan, akan terjadi penurunan besar dalam PDB.
Beberapa minggu setelah sanksi diberlakukan, Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Para ahli memperkirakan PDB Rusia akan menyusut hingga 15 persen tahun ini, menghapus keuntungan ekonomi selama lima belas tahun terakhir."
Namun ternyata, semua itu tidak terjadi. Perekonomian Rusia memang menghadapi tantangan berat selama 12 bulan terakhir, namun performa ekonominya tetap baik, jauh lebih baik daripada yang diperkirakan oleh Barat.
Alexandra Vacroux, direktur eksekutif Pusat Studi Rusia dan Eurasia Davis di Universitas Harvard mengatakan kepüda DW, penyusutan ekonomi Rusia "jauh lebih sedikit daripada 10 persen hingga 15 persen yang dibicarakan orang pada awal perang."
Badan statistik resmi Rusia minggu ini mengatakan perekonomian hanya mengalami kontraksi sebesar 2,1 persen pada tahun 2022.
Chris Weafer, yang pernah bekerja di Rusia selama 25 tahun sebagai penasihat investasi dan ahli strategi, mengatakan pada bulan-bulan awal setelah invasi memang ada banyak kepanikan di Rusia tentang ekonomi.
Bukan hanya karena sanksi, tetapi juga karena banyak perusahaan asing yang meninggalkan Rusia.
"Ada spekulasi bahwa hilangnya rute perdagangan dan logistik akan sangat memukul manufaktur. Jadi sekitar waktu itu, saya sangat pesimis tentang prospek ekonomi untuk tahun 2022," katanya kepada DW.
Namun pada bulan Mei 2022 prospeknya ternyata membaik dengan cepat. "Anda bisa melihat bahwa prediksi terburuk tidak akan terjadi."
Baca juga: Jerman Ingin Gandeng India sebagai Sekutu Melawan Rusia
Alasan lain mengapa ekonomi Rusia tetap kokoh adalah menguatnya hubungan dagang Rusia dengan Asia, terutama dengan China dan India.