MITROVICA, KOMPAS.com - Uni Eropa (UE) dan NATO mendesak Serbia-Kosovo menahan diri saat ketegangan meningkat setelah pihak berwenang Serbia menutup penyeberangan perbatasan ketiga pada Rabu (28/12/2022).
"Kami meminta semua pihak menahan diri secara maksimal, mengambil tindakan segera untuk meredakan situasi tanpa syarat, dan menahan diri dari provokasi, ancaman, atau intimidasi," kata Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam pernyataan bersama dilansir dari CNA pada Kamis (29/12/2022).
Misi NATO di Kosovo, KFOR, mengatakan pihaknya mendukung dialog antara semua pihak untuk meredakan ketegangan.
Itu termasuk membahas pemblokiran jalan utama menggunakan truk dan kendaraan berat lainnya oleh Serbia, serta bentrokan kekerasan dengan polisi.
Baca juga: Kosovo: Serbia di Bawah Pengaruh Rusia Ingin Mengacau
Serbia menempatkan tentaranya pada siaga tertinggi pada Senin (26/12/2022).
Konflik Serbia-Kosovo telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun.
Ketegangan itu juga menyeret Barat (yang mendukung kemerdekaan Kosovo), dan Rusia (yang mendukung Serbia dalam usahanya memblokir keanggotaan Kosovo di organisasi internasional termasuk PBB).
Kremlin membantah klaim Kosovo bahwa Rusia memengaruhi Serbia untuk membuat Kosovo tidak stabil. Menurut Rusia, Serbia membela hak-hak etnis Serbia.
Adapun meningkatnya ketegangan baru-baru ini terjadi setelah pemindahan Dejan Pantic dari penjara ke tahanan rumah.
Dejan Pantic adalah salah satu dari banyak orang Serbia yang meninggalkan kepolisian dan institusi lain, setelah Pristina (Ibu Kota Pemerintah Kosovo) memberlakukan undang-undang yang mewajibkan orang Serbia menghapus plat nomor mobil yang dikeluarkan Serbia sebelum pemberontakan gerilya 1998-99 yang menyebabkan kemerdekaan Kosovo.
Baca juga: Tentara Serbia Siaga Tinggi di Perbatasan dengan Kosovo
Pantic ditangkap pada 10 Desember karena menyerang seorang petugas polisi yang sedang bertugas. Penahanannya memicu protes dan kekerasan oleh minoritas Serbia di utara Kosovo.
Putusan pengadilan soal pembebasannya membuat marah pejabat pemerintah Kosovo, termasuk Perdana Menteri Albin Kurti dan Menteri Kehakiman Albulena Haxhiu.
"Bagaimana mungkin seseorang yang dituduh melakukan kejahatan serius terkait terorisme menjadi tahanan rumah," kata Haxhiu.
“Saya sangat penasaran siapa jaksa yang mengajukan permohonan ini, siapa hakim prosedur praperadilan yang mengabulkan,” kata Kurti.
Menyusul pembebasan Pantic, Presiden Serbia Aleksandar Vucic mendesak etnis Serbia di Kosovo untuk mengakhiri protes terhadap pemerintah Pristina.