KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Setelah menunggu 24 tahun, Anwar Ibrahim jadi Perdana Menteri Malaysia, mewujudkan mimpi dan ambisi politiknya secara dramatis.
Berkali-kali Anwar Ibrahim hampir selangkah lagi menjadi orang nomor satu di "Negeri Jiran", tetapi langkahnya selalu terjegal.
Anwar dijadwalkan akan disumpah sebagai PM ke-10 oleh Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, Kamis (24/11/2022) pukul 17.00 waktu setempat.
Baca juga: Resmi, Anwar Ibrahim Jadi PM Baru Malaysia Setelah Menanti 24 Tahun
Sebelumnya, dia dikenal sebagai sosok Islami yang memimpin organisasi pemuda Islam Malaysia.
Karier politiknya melesat cepat di bawah didikan mentornya, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Anwar Ibrahim dipercaya menduduki sejumlah jabatan kementerian strategis mulai dari pemuda, pertanian, pendidikan, hingga keuangan.
Puncaknya, Mahathir mengangkatnya sebagai Wakil Perdana Menteri dan calon suksesornya pada 1993 ketika Anwar baru berusia 46 tahun. Nama Anwar dieluk-elukan sebagai rising star pemimpin masa depan Malaysia.
Namun, berselang beberapa tahun kemudian, hubungan Anwar dan Mahathir memburuk.
Klimaks ketegangan politik terjadi ketika kedua musuh bebuyutan politik itu berselisih mengenai penanganan krisis ekonomi (krismon) yang mengguncang Asia pada 1998.
Anwar juga kerap mengkritik kronisme akut pemerintahan Mahathir. Dr M--panggilan Mahathir--lalu memecatnya pada 2 September 1998.
Baca juga: Mahathir Kalah Telak di Pemilu Malaysia, Akhir Pahit 75 Tahun Karier Politik?
Suami Wan Azizah itu meringkuk di rumah prodeo selama enam tahun sebelum dibebaskan pada 2004.
Selama periode ini, Azizah mendirikan dan memimpin Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang kemudian menjadi kekuatan politik oposisi Malaysia melawan UMNO dan koalisi berkuasa Barisan Nasional (BN)
Setelah bebas, Anwar kembali ke kancah politik Malaysia. Dia menjadi pemimpin oposisi dan membawa oposisi yang terkenal lemah menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan.