Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Ekonomi Melanda China, Ini 5 Indikasinya

Kompas.com - 05/10/2022, 18:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

BEIJING, KOMPAS.com - Ekonomi China melambat akibat adaptasi dengan strategi nol-Covid yang ketat dan melemahnya permintaan global.

Target Beijing - tingkat pertumbuhan tahunan 5,5 persen - kini dinilai di luar jangkauan, dengan para pejabatnya telah meremehkan kebutuhan untuk memenuhi target itu.

“Negeri Tirai Bambu” mungkin tidak sedang berjuang melawan inflasi yang tajam seperti AS dan Inggris, tetapi memiliki ekonom melihat masalah ekonomi lainnya melanda China.

Baca juga: Jaga-jaga Perang dengan China, Taiwan Sudah Siapkan Persediaan Makanan

“Pabrik dunia” tersebut tiba-tiba menemukan lebih sedikit pelanggan untuk produknya, baik di dalam negeri maupun internasional. Ketegangan perdagangan antara China dan ekonomi utama seperti AS juga menghambat pertumbuhan.

Sementara itu yuan berada di jalur tahun terburuk dalam beberapa dekade karena anjlok terhadap dolar AS, dan memicu ketidakpastian di pasar keuangan. Ini juga mempersulit bank sentral untuk memompa uang ke dalam perekonomian.

Semua ini terjadi di tengah pertaruhan yang sangat genting bagi Presiden Xi Jinping, yang diharapkan mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kongres Partai Komunis (CPC) yang dimulai pada 16 Oktober.

Analis S&P Global Ratings mengungkap masalah ekonomi yang menghantui China saat ini dalam laporan BBC pada Rabu (5/10/2022) berikut:

Baca juga: Tangkal Pengaruh China, AS Jalin Kerja Sama dengan Kepulauan Pasifik

1. Malapetaka strategi nol Covid

Wabah Covid di beberapa kota, termasuk pusat manufaktur seperti Shenzhen dan Tianjin, telah mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai industri.

Orang-orang juga tidak menghabiskan uang untuk hal-hal seperti makanan dan minuman, ritel atau pariwisata, sehingga menempatkan layanan bisnis utama di bawah tekanan.

Di sisi manufaktur, aktivitas pabrik tampaknya telah naik kembali pada September, menurut Biro Statistik Nasional. Rebound bisa jadi karena pemerintah lebih banyak melakukan belanja infrastruktur, tapi itu terjadi setelah dua bulan manufaktur tidak berkembang.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan terutama sejak survei swasta menunjukkan bahwa aktivitas pabrik sebenarnya turun pada September, dengan permintaan memukul produksi, pesanan baru dan lapangan kerja.

Permintaan dari negara-negara seperti AS juga menurun karena tingkat suku bunga yang lebih tinggi, inflasi dan perang di Ukraina.

Para ahli sepakat bahwa Beijing sebenarnya dapat berbuat lebih banyak untuk merangsang ekonomi, tetapi hanya sedikit yang bisa dilakukan sampai strategi nol Covid dihentikan.

"Tidak ada gunanya memompa uang ke dalam ekonomi kita jika bisnis tidak dapat berkembang atau orang tidak dapat membelanjakan uangnya," kata Louis Kuijs, kepala ekonom Asia di S&P Global Ratings.

Dalam file foto yang diambil pada 30 Maret 2020, para pekerja yang mengenakan pakaian pelindung berjalan di sebelah Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, di provinsi Hubei tengah China.AFP PHOTO/HECTOR RETAMAL Dalam file foto yang diambil pada 30 Maret 2020, para pekerja yang mengenakan pakaian pelindung berjalan di sebelah Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, di provinsi Hubei tengah China.

Baca juga: Tangkal Pengaruh China, AS Jalin Kerja Sama dengan Kepulauan Pasifik

2. Minimnya capur tangan pemerintah

Sejumlah langkah telah dilakukan Beijing seperti mengumumkan rencana 1 triliun yuan (Rp 2,1 kuadriliun) untuk mendorong usaha kecil, infrastruktur dan real estat pada Agustus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com