Tetapi, ahli menilai para pejabat China sejatinya dapat berbuat lebih banyak lagi dengan memicu pengeluaran untuk memenuhi target pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja.
Itu termasuk dengan lebih banyak berinvestasi di infrastruktur, meringankan persyaratan pinjaman untuk pembeli rumah, pengembang properti dan pemerintah daerah, dan keringanan pajak untuk rumah tangga.
"Respon pemerintah terhadap pelemahan ekonomi cukup sederhana dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat selama serangan pelemahan ekonomi sebelumnya," kata Kuijs sebagaimana dilansir BBC.
Baca juga: AS, Australia, dan Jepang Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Militer Lawan China
Lemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di sektor perumahan tidak diragukan lagi memperlambat pertumbuhan.
Krisis properti China telah memukul ekonomi dengan keras karena properti dan industri lain yang berkontribusi terhadapnya menyumbang hingga sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
"Ketika kepercayaan lemah di pasar perumahan, itu membuat orang merasa tidak yakin tentang situasi ekonomi secara keseluruhan," kata Kuijs sebagaimana dilansir BBC.
Pembeli rumah telah menolak melakukan pembayaran hipotek pada bangunan yang belum selesai dan beberapa ragu rumah mereka akan pernah selesai. Permintaan untuk rumah baru turun dan itu telah mengurangi kebutuhan impor komoditas yang digunakan dalam konstruksi.
Terlepas dari upaya Beijing untuk menopang pasar real estat, harga rumah di puluhan kota telah menurun lebih dari 20 persen tahun ini.
Dengan pengembang properti di bawah tekanan, analis mengatakan pihak berwenang mungkin harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan kepercayaan di pasar real estat.
Baca juga: Awal Mula Krisis Properti China dan Dampaknya
Cuaca ekstrem mulai berdampak jangka panjang pada industri China.
Gelombang panas yang parah, diikuti oleh kekeringan, melanda provinsi barat daya Sichuan dan kota Chongqing di sabuk tengah pada Agustus.
Ketika permintaan AC melonjak, itu membanjiri jaringan listrik di wilayah yang hampir seluruhnya bergantung pada tenaga air.
Pabrik-pabrik, termasuk produsen besar seperti pembuat iPhone Foxconn dan Tesla, terpaksa memangkas jam kerja atau tutup sama sekali.
Biro Statistik China mengatakan pada Agustus bahwa keuntungan di industri besi dan baja saja turun lebih dari 80 persen dalam tujuh bulan pertama tahun 2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah Beijing akhirnya turun tangan melakukan penyelamatan dengan menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk mendukung perusahaan energi dan petani.
Baca juga: Kekeringan Ganggu Pasokan Listrik China, Shanghai Matikan Lampu Ikonik The Bund