Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Umumkan Ramalan Cuaca di Hari Libur Nasional, Pejabat BMKG Langsung Dipecat

Kompas.com - 23/08/2022, 20:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

BUDAPEST, KOMPAS.com - Dua pakar cuaca terkemuka Hongaria langsung dipecat karena memberikan ramalan cuaca yang salah hingga memicu kegemparan politik.

Masalah yang menjadi alasan pemecatan pejabat Badan Meteorologi Nasional (BMKG) Hongaria itu terkait dengan apa yang disebut "pertunjukan kembang api terbesar di Eropa".

Acara itu seharusnya diselenggarakan pada Sabtu (20/8/2022) malam untuk merayakan Hari St Stephen, yang merupakan hari libur nasional.

Baca juga: Sementara Eropa Diterjang Cuaca Panas, Negara Lesotho di Afrika Hujan Salju

Namun tujuh jam sebelum jadwal dimulainya pertunjukkan, pemerintah memutuskan menunda acara tersebut dengan alasan peringatan cuaca ekstrem.

Sekitar 40.000 kembang api sebenarnya sudah siap diluncurkan dari 240 titik di sepanjang 5 kilometer (3 mil) bentangan Sungai Danube di Budapest tengah, dalam pertunjukan yang biasanya ditonton hingga dua juta orang.

Pemerintah akhirnya memutuskan menunda acara tersebut selama seminggu, karena peringatan cuaca ekstrem yang diterimanya.

Akan tetapi yang terjadi justru berkebalikan, dengan cuaca bertahan tetap tenang hari itu.

Badai hujan yang diprediksikan oleh BMKG Hongaria ternyata berubah arah dan malah melanda bagian timur negara itu, sehingga membuat ibu kota tetap cerah sepenuhnya.

Hal ini lah yang memicu pemecatan kepala dan wakil kepala dinas cuaca Hongaria.

Baca juga: Momen Presenter Berita Cuaca Veteran AS Terpukau dengan Canggihnya TV

Badan tersebut mengunggah permintaan maaf publik di halaman Facebook mereka pada Minggu (21/8/2922).

Mereka menjelaskan bahwa yang terjadi adalah hasil yang "paling tidak mungkin" terjadi menurut perhitungannya, sementara ketidakpastian itu adalah bagian dari prakiraan cuaca.

Tapi pembelaan itu terlambat.

BBC mewartakan pada Senin (22/8/2922), Menteri Inovasi Laszlo Palkovics memecat kepala layanan, dengan segera.

Keputusan itu menimbulkan reaksi publik yang beragam di Hongaria.

Hampir 100.000 orang telah menandatangani petisi, menyerukan agar kembang api sudah seharusnya dibatalkan mengingat perang di negara tetangga Ukraina, dan penghematan di rumah-rumah imbas tingginya harga energi.

Sementara pendukung pemerintah merasa sangat marah dengan ketidakcakapan para ahli cuaca ini, dan berharap pertunjukkan tetap akan berjalan seperti yang direncanakan Sabtu (27/8/2022) depan.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Eropa: Rekor Suhu Panas di Spanyol, sedangkan Jerman Dilanda Badai Ganas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com