Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rahasia Peradaban Maya Bertahan Hidup di Tengah Cuaca Ekstrem Selama Ribuan Tahun

Kompas.com - 15/08/2021, 15:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Berdiri di salah satu kota terbesar dalam peradaban kuno Maya, yaitu Tikal, di Guatemala, para pengunjung dikelilingi oleh piramida-piramida batu kapur yang curam, setinggi Katedral Notre Dame di Paris.

Para turis juga disambut suara monyet dan burung yang berasal dari pemandangan hutan hujan di belakangnya.

Dibangun tanpa bantuan hewan pengangkut, perkakas logam atau roda, pahatan batu-batu megah itu berfungsi sebagai kursi-kursi kekuasaan para raja dan pendeta yang memerintah di kota paling berpengaruh di kerajaan Maya.

Baca juga: Tuduh China Lakukan Aktivitas Dunia Maya Berbahaya, AS dan Sekutu Ancam Beri Konsekuensi

Kota itu membentang di Semenanjung Yucatan Meksiko, Guatemala, Belize serta sebagian wilayah Honduras dan El Savador.

Tikal adalah pusat ekonomi dan seremonial dari peradaban Maya yang memiliki total populasi 10-15 juta orang.

Berdasarkan survei udara berbasis laser baru-baru ini terungkap, ada lebih dari 60 ribu struktur tersembunyi di Tikal selama berabad-abad - di balik lebatnya hutan hujan tropis.

Di hadapan istana-istana dan kuil-kuli batu besar, tiap piramida difungsikan untuk mengamati rotasi matahari melintasi langit - kehebatan bangsa Maya sebagai arsitek dan astronom.

Namun, bangsa Maya tidak akan pernah bisa memprediksi secara akurat gerhana dan momentum-mementum angkasa lainnya, tanpa bantuan elemen mendasar dalam kelangsungan hidup mereka di Tikal: air.

Baca juga: Jejak Tangan Anak-anak, Diduga Ritual Misterius Peradaban Maya Ditemukan di Gua Meksiko

Tidak ada sungai atau danau di dekat kota Tikal.

Suku Maya pun membuat jaringan waduk besar guna menyimpan air hujan sebagai cadangan dalam waktu cukup selama musim hujan yang deras.

Pada puncak abad ke-8, terjadi empat hingga enam bulan musim kemarau yang kering di Tikal yang memiliki populasi sekitar 40 ribu hingga 240 ribu orang.

Suku Maya di Tikal menggunakan waduk ini hingga lebih dari seribu tahun - dari sekitar 600 SM hingga ditinggalkan pada 900 M.

Baca juga: Facebook: Mata-mata Dunia Maya China Targetkan Ratusan Pendukung Muslim Uighur

Sistem penyaringan tertua di belahan bumi bagian barat

Tahun lalu, para arkeolog menggunakan teknik ilmiah modern dalam mengungkap kehebatan yang lebih dalam dari teknologi hidrologi Maya.

Inti sedimen yang diambil dari reservoir atau tempat penyimpanan air di Tikal menunjukkan, suku Maya menciptakan sistem penyaringan air tertua yang diketahui di belahan bumi bagian barat.

Sistem pemurnian air suku Maya sangat maju di mana salah satu bahan utamanya, zeolit, masih banyak digunakan dalam filter air hingga saat ini.

Zeolit adalah mineral vulkanik yang terbuat dari aluminium, silikon, dan oksigen yang terbentuk ketika abu vulkanik bereaksi dengan air tanah alkali.

Zeolit memilik berbagai bentuk dan memiliki sifat fisik dan kimia unik yang memungkinkan untuk menyaring kontaminan mulai dari logam berat hingga mikroba kecil.

Baca juga: Presiden Putin Ajak AS Buat Kesepakatan Dunia Maya untuk Hindari Risiko Besar

Butir-butir zeolit memiliki struktur berpori, seperti sangkar, sehingga berfungsi sebagai filter fisik yang efektif.

Mineral ini juga bermuatan negatif sehingga elemen lain akan mudah mengikatnya.

Artinya, ketika air melewati zeolit, partikel-partikel tersuspensi secara fisik atau kimia menempel pada butiran zeolit, sementara air terus mengalir melalui celah mineral.

Walaupun arkeolog hanya menemukan zeolit di salah satu reservoir Tikal, sekarang disebut Corriental, temuan pecahan bejana tanah liat di sana menunjukkan bahwa air murni di Corriental digunakan khusus untuk minum.

Baca juga: Kisah Balas Dendam Conquistador Spanyol atas Kanibalisme Penduduk Aztec

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com