Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Wisata Odessa Mencoba Bertahan di Tengah Perang

Kompas.com - 08/08/2022, 23:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

ODESSA, KOMPAS.com - Sebelum perang, pusat kota pantai Odessa biasanya dipenuhi turis yang bersantai atau berjalan-jalan menikmati keindahan kota. Mereka menikmati pantai atau menjelajahi pusat-pusat bersejarah. Tapi hari-hari itu sudah berakhir, suasana di Odessa saat perang berubah secara drastis.

Ketika perang di Ukraina pecah, ada kebingungan dan disorientasi. Antrean panjang terlihat di supermarket, orang-orang menimbun beragam produk karena mereka khawatir kekurangan makanan. Banyak orang mengantre di depan bank atau mesin ATM untuk mengambil uang tunai, bersiap seandainya terjadi gangguan pada sistem perbankan.

Jalanan juga nyaris kosong, hanya supermarket dan apotek yang kelihatan tetap buka. Cafe, restoran, teater dan tempat-tempat hiburan, yang dulu selalu ramai, ditutup. Orang-orang hanya keluar untuk membeli makanan, atau mengajak anjing mereka jalan-jalan.

Baca juga: Kapal Ekspor Gandum Pertama Ukraina Berangkat dari Pelabuhan Odessa

Pelahan pulih walau dalam situasi darurat perang

Mulai April, situasi perlahan berubah. Cafe-cafe mulai dibuka, juga salon kecantikan dan toko-toko. Penduduk mulai keluar lagi ke jalan dan memenuhi taman. Anak-anak terlihat bermain-main di luar.

Hari ini, kehidupan mulai normal lagi: restoran-restoran di jalan-jalan utama penuh lagi, para pemusik jalanan juga sudah kembali. Tur-tur bus kota kembali beroperasi, orang bisa menonton lagi pertunjukan opera atau balet. Tapi perang masih berlanjut. Karena itu, di gedung pemerintahan masih ada barikade, dan jalan protokol Primorskyi — dulu salah satu tempat wisata paling ramai — masih tetap ditutup.

Sebagian besar kafe dan restoran tutup pada pukul 22.00, karena jam malam masih diberlakukan mulai pukul 23.00. Sebelum perang, malam musim panas di Odessa adalah malam berpesta, dengan pertunjukan film terbuka di pantai, dan konser-konser. Sekarang tidak ada kehidupan malam sama sekali.

Pantai yang ramai di Odessa sebelum perang di Ukraina.NATALIA VLASENKO/STANISLAV KINKA via DW INDONESIA Pantai yang ramai di Odessa sebelum perang di Ukraina.

Bagaimana perang memengaruhi pariwisata

Musim puncak turis di Odessa biasanya pada periode liburan musim panas, dari Mei hingga September. Pada 2021, lebih 3 juta wisatawan berkunjung ke Odessa. Kota itu sebenarnya bersiap menyambut kedatangan lebih banyak turis lagi pada 2022, setelah pembatasan Covid-19 di Eropa mulai dicabut. pembatasan virus corona dilonggarkan dan industri mulai pulih. Tapi kemudian Rusia menginvasi Ukraina akhir Februari.

Saat ini, sebagian besar hotel di tepi laut, seperti Hotel Nemo, yang sangat populer di masa sebelum perang, berjuang dengan tingkat hunian yang rendah. Hotel-hotel di pusat kota, bagian bersejarah Odessa, bernasib sedikit lebih baik, dengan banyaknya wartawan asing dan beberapa pelancong yang menginap di sana.

"Okupansi hotel kami turun menjadi hanya 15-20 persen, dan sebagian besar wartawan yang melakukan reservasi di Hotel Alexandrovskiy. Sementara Hotel M1, yang ada di bagian lain dekat pantai, sebagian besar ramai dengan pelancong dari Kyiv," kata Tatyana Prodan, kepala penjualan di manajemen perhotelan Maestro Grup.

Pariwisata di Odessa juga menderita karena masih ada larangan keras berenang di laut. Sebelum perang, pada musim panas pantai selalu dipadati pengunjung. Beberapa orang masih pergi ke pantai, meskipun ada larangan, bahkan ada yang berenang juga. Tapi sudah ada kasus tragis orang yang terbunuh oleh ranjau laut. Sebagai alternatif, orang bisa berenang di kolam renang hotel, yang menyediakan tiket harian.

Baca juga: Ekspor Gandum Ukraina Terus Lanjut meski Pelabuhan Odessa Dirudal Rusia

Mencoba bangkit di masa perang

Suasana kehidupan malam di Odessa sebelum perangNATALIA VLASENKO/STANISLAV KINKA via DW INDONESIA Suasana kehidupan malam di Odessa sebelum perang

Museum-museum masih ditutup, dan beberapa bahkan telah memindahkan koleksinya ke tempat yang aman, seperti Museum Seni Rupa atau Museum Seni Barat dan Timur. "Pecahnya perang masih meninggalkan syok," jelas Stanislav Kinka, peneliti senior di Museum Sejarah Regional Odessa. Prioritas utamanya sekarang adalah memastikan bahwa barang-barang pameran yang paling berharga dikemas dan dievakuasi secepat mungkin, menurut daftar yang telah disusun sebelumnya.

Klub-klub malam belum diperbolehkan beroperasi. Tetapi Teater Philharmonic tetap buka. Dan konser amal terbuka diadakan di taman taman kota. Gedung Opera dan Ballet Theatre sudah dibuka, tetapi membatasi kehadiran hanya 30 persen kapasitas, atas alasan keamanan. Jika sirene serangan udara berbunyi, pertunjukan akan dihentikan dan pengunjung diberikan pilihan untuk meninggalkan gedung atau pergi ke tempat perlindungan di bawah gedung. Jika pertunjukan tidak bisa dilanjutkan, pengunjung dapat melihat pertunjukan di hari lain dengan tiket yang sama.

Baca juga: Rusia Mengaku Serang Odessa, Hancurkan Kapal Militer Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com