Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Dokter yang Tangani Shinzo Abe Setelah Ditembak: Butuh Keajaiban

Kompas.com - 19/07/2022, 12:28 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

TOKYO, KOMPAS.com – Saat menatap wajah Shinzo Abe, Shingo Nakaoka tahu bahwa setiap upaya untuk menyadarkan kembali mantan perdana menteri (PM) Jepang itu kemungkinan akan sia-sia.

Dokter berusia 64 tahun itu melihat wajah Shinzo Abe pucat.

Saat sampai di lokasi kejadian beberapa menit setelah penembakan Shinzo Abe pada 8 Juli, Nakaoka menyaksikan wajah mantan pemimpin negaranya itu tidak terkena darah dari luka tembak di leher.

Baca juga: Terungkap Jumlah Uang yang Disumbang Ibu Penembak Shinzo Abe ke Gereja Unifikasi

Dia datang dari klinik tempatnya berkerja yang tidak jauh dari lokasi Shinzo Abe ditembak.

"Yang langsung mengejutkan saya adalah betapa pucat wajahnya," kata Nakaoka yang datang dari klinik terdekatnya

"Ketika kami menekan jantungnya, tubuhnya tidak berkedut. Dia hampir tidak sadar dan dia sangat pucat, saya langsung tahu dia dalam bahaya kritis," tambah dia kepada Reuters melalui telepon beberapa hari setelah pembunuhan itu.

Nakaoka mengatakan bahwa dia bertindak ketika seorang pasien yang hadir ketika Abe ditembak, masuk, panik, berteriak agar dia datang dan membantu.

Dengan perawatnya, Nakaoka berlari menuruni tiga anak tangga dan menempuh jarak pendek ke tempat kejadian.

Seseorang mempersembahkan bunga dan doa untuk mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, di kuil Zojoji sebelum pemakamannya Senin, 11 Juli 2022, di Tokyo. Abe dibunuh pada hari Jumat saat berkampanye di Nara, Jepang barat. AFP/Eugene Hoshiko Seseorang mempersembahkan bunga dan doa untuk mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, di kuil Zojoji sebelum pemakamannya Senin, 11 Juli 2022, di Tokyo. Abe dibunuh pada hari Jumat saat berkampanye di Nara, Jepang barat.

Dia bercerita, seseorang yang tampaknya dari rombongan Abe kemudian segera menyerahkan sebuah automated external defibrillator (AED), tetapi tidak menyala.

AEDA adalah sebuah alat medis yang dapat menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan.

Salah satu dari tiga perawatnya pun lantas berlari kembali ke klinik untuk mengambil mesin lain.

Tetapi, ketika dia menghubungkannya ke Abe, sebuah pesan suara dari AED menyatakan "not applicable", kata Nakaoka. Itu bisa terjadi ketika jantung berdetak normal atau tidak sama sekali.

Baca juga: Tetsuya Yamagami, Penembak Shinzo Abe, Terancam Hukuman Mati Digantung

Catatan pemadam kebakaran setempat yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa responden pertama menduga Abe mengalami henti jantung dalam beberapa menit setelah penembakan.

Tidak ada jalan lain, Nakaoka kemudian bergantian dengan perawatnya untuk memompa dada Abe secara manual.

Tetapi, kata dia, dengan terlalu banyak darah yang hilang, hanya ada sedikit kesempatan untuk resusitasi di tempat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com