SINGAPURA, KOMPAS.com – Singapura mengantisipasi gelombang ke-8 Covid-19 yang diperkirakan akan menerjang paling cepat pada bulan depan, Juli 2022.
Antisipasi dilakukan setelah melonjaknya kasus infeksi lokal Covid-19 varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 dalam seminggu terakhir.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan pada Selasa (21/06/2022) malam waktu setempat, angka kasus infeksi lokal melonjak 23 persen dibanding minggu sebelumnya.
Baca juga: Mahathir: Malaysia Harus Klaim Kepulauan Riau dan Singapura
Angka harian terbaru kasus Covid-19 Singapura adalah 7.109 penderita.
Angka ini meningkat dua kali lipat dari hari-hari sebelumnya yang konsisten di kisaran 3.000-an kasus.
Sebanyak 30 persen lonjakan kasus itu berasal dari subvarian BA.4 dan BA.5.
Angka ini meroket dari tiga minggu sebelumnya yang masing-masing hanya 17 persen, 8 persen, dan 3 persen.
Lonjakan kasus seirama dengan melesatnya rata-rata angka mingguan pertumbuhan infeksi lokal Covid-19 yang saat ini menyentuh 1,23 persen, naik dari 1,01 persen pada Selasa pekan lalu.
Angka di atas satu berarti kasus Covid-19 terus meningkat di masyarakat.
Kabar baik adalah mayoritas besar kasus bergejala sangat ringan atau asimtomatik. Selain itu tidak ada angka kematian yang dilaporkan.
Baca juga: Setelah 16 Bulan, Teka-teki Penyebab Kecelakaan Maut BMW Singapura Mulai Terungkap...
Kementerian Kesehatan Singapura memprediksi infeksi Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 akan terus meroket dalam beberapa pekan ke depan karena jauh lebih mudah menular dibanding subvariant BA.2.
Sedangkan untuk tingkat keparahan infeksi subvarian BA.4 dan BA.5, sejauh ini tidak berbeda jauh dengan varian Omicron yang sudah terlebih dahulu muncul.
Kelompok umur yang mendapat perhatian khusus adalah warga lanjut usia yang belum kunjung menerima suntikan dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19.
Menteri Kesehatan Ong Ye Kung menyampaikan pada Senin (20/6/2022), masih ada 80.000 warga lansia yang belum disuntik booster.
Ong melanjutkan telah terbukti lansia yang disuntik booster, tiga kali lebih rendah kemungkinannya mengalami gejala parah atau meninggal karena Covid-19.