TAHUN 1939-1940 misi ekspansionis Jerman atas Belgia dan Prancis sedang menggelora. Pertumbuhan militer Jerman membuat Belgia waswas. Maka di perbatasan Belgia-Jerman di sisi timur dibangunlah sebuah benteng yang sangat megah, dengan bungker dan tunel yang panjangnya mencapai lima kilometer (km) dan berada di bawah kedalaman tanah sekitar 20 meter (m).
Benteng itu bisa mengakomodasi 1.500 tentara Belgia sekaligus. Benteng tersebut dikenal dengan nama Eden Emael.
Tak hanya soal perkembangan militer Jerman saat itu yang menjadi penyebab dibangunya benteng itu. Saat perang dunia pertama pun Belgia diduduki Jerman via lokasi di mana Eden Emael berada, perbatasan sebelah timur.
Bagi Hitler, ambisi menduduki Belgia berarti mau tak mau harus mematahkan kedigdayaan benteng yang satu itu. Namun dengan gaya serangan biasa dan standar, bagaimanapun Jerman akan kewalahan, bahkan boleh jadi kalah.
Baca juga: Mengapa Hormat Nazi Dilarang?
Setelah perjanjian Versailes, Jerman tidak diperbolehkan memiliki angkatan udara dan pesawat termpur. Karena perjanjian tersebut, Jerman akhirnya mengembangkan jenis pesawat layang yang dikabarkan tak bersuara (sejenis glider terbang) dan cocok untuk serangan dadakan dengan jumlah pasukan kecil.
Mengapa? Karena pesawat layang sejenis tidak termasuk ke dalam jenis pesawat yang dilarang dalam perjanjian Versailes.
Untuk menambah daya gedor, Jerman juga mengembangkan bom cekung, bom yang mempunyai daya ledak tertarget, hanya untuk menghantam target tertentu, terutama target berupa bungker dan benteng bawah tanah. Tekanan udara yang disebabkan bom cekung akan memorakmorandakan bungker musuh dari bawah, bukan dari atas.
Dengan memasang bom cekung di salah satu celah masuk bungker, maka tekanannya akan menyusuri semua ruangan di dalam bungker, lalu menghantam senjata meriam di bagian atas bungker. Dengan teknologi tersebut, Jerman kemudian memutuskan untuk menyerang Benteng Eden Emael dengan pasukan khusus yang berjumlah 86 orang.
Keputusan tersebut sesuai dengan strategi perang baru yang ditetapkan Hitler, yakni pendudukan cepat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan bliztkrieg. Waktu serangan ditentukan sekitar jam 3 subuh tanggal 10 Mae 1940. Saat operasi datang, pesawat-pesawat layang Jerman mendarat di sekitar Benteng Eden Emael membawa 86 pasukan khusus Jerman (paratroopers).
Jumlahnya jelas tak seimbang dengan tentara Belgia yang sedang menanti mereka di dalam benteng, yakni sekitar 750 tentara. Tak menunggu lama, semua pasukan khusus Nazi mengambil posisi di sekitar benteng, mencari pintu masuk dan memasang bom cekung.
Serangan dadakan tersebut benar-benar mengejutkan pihak Belgia. Karena faktor jumlah yang jauh lebih besar, Belgia berusaha melakukan perlawanan. Namun, Belgia sudah tak tertolong. Dengan porak-porandanya Benteng Eden Emael karena serangan dadakan, lalu bantuan pasukan Jerman yang segera datang, Eden Emael harus tunduk berantakan di bawah pasukan Nazi hanya dalam waktu 28 jam.
Dengan jatuhnya Eden Emael, Jerman selangkah lagi menuju Belanda Namun jika ditilik secara lebih luas, upaya Jerman memasuki Belgia dengan mematahkan kedigdayaan Benteng Eden Emael hanyalah kamuflasi. Kemenangan tersebut benar-benar dirayakan di Berlin, video-video kemenangan di Benteng Eden Emael disebarluaskan.
Semuanya untuk menutupi niat Jerman yang sebenarnya, yakni menduduki Paris, Prancis. Benar saja, tak lama setelah penaklukan Benteng Eden Emael, Jerman akhirnya menaklukan Prancis, via jalur yang tak pernah diduga semua pihak, yakni melalui hutan lebat Ardennes, yang menjadi pembatas Jerman dan Prancis. Pasukan Jerman berhasil melewati hutan lebat tersebut berjalan kaki, dengan panjang perjalanan lebih dari 170 km dalam waktu lebih kurang dua minggu.
Baca juga: Apa Itu Neo-Nazi?
Yang lebih menarik lagi, ternyata jumlah pasukan Prancis saat itu terbilang jauh lebih besar daripada pasukan yang diturunkan oleh Hitler. Hebatnya, setelah perjalanan yang panjang, melelahkan, tanpa tidur, mereka mampu menaklukan lawan yang pola istirahatnya tentu jauh lebih baik.