Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan AS: Evolusi Varian Covid Mengkhawatirkan, Masa Depan Tidak Pasti

Kompas.com - 10/04/2022, 15:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) melihat masa depan yang tidak pasti, bahkan ketika anggota parlemennya menunda pembaruan dana untuk mengatasi pandemi, dan gelombang subvarian BA.2 mencapai puncaknya di Inggris dan mulai mereda di beberapa negara Eropa.

Subvarian Omicron sekarang merupakan sekitar 72 persen dari kasus Covid-19. AS sendiri belum melihat peningkatan kasus di seluruh negeri. Adapun rawat inap Covid sekarang berada di titik terendah pandemi.

Meski demikian, para ilmuwan memperingatkan minggu ini bahwa virus corona akan terus berkembang untuk menghindari kekebalan, dan bisa menyebabkan lonjakan di masa depan yang akan sulit diprediksi.

Baca juga: Frustasi atas Lockdown Shanghai, Warga Protes Ramai-ramai Berdiri di Balkon Berteriak-teriak

Evolusi cepat virus

Covid-19 telah berevolusi lebih cepat dari yang diperkirakan, dan "kita siaga akan banyak evolusi ke depannya," kata Trevor Bedford, profesor biostatistik di Fred Hutchinson Cancer Center, kepada panel penasihat FDA independen sebagaimana dilansir Guardian pada Sabtu (9/4/202).

“Virus-virus itu akan bekerja lebih baik dan akan menyebar secara lokal dan mungkin secara regional dan mungkin secara global.”

Perkembangan Covid-19 AS umumnya mengikuti lonjakan di Inggris tiga atau empat minggu kemudian, tetapi kasus yang dilaporkan tetap stabil di rata-rata sekitar 26.000 sehari.

Sementara itu kematian telah menurun secara signifikan dari puncak Omicron, dengan lebih dari 500 orang AS masih sekarat setiap hari.

“Saya pikir kita akan melihat beberapa kasus meningkat di beberapa tempat,” kata Benjamin Linas, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Boston.

Baca juga: Wajah Semringah Singapura Tanpa Masker Covid-19

Di AS saja, diperkirakan setengah dari warganya mungkin telah terinfeksi Omicron dalam periode 10 minggu – “jumlah yang luar biasa”, kata Bedford.

Sebagai perbandingan, influenza biasanya menginfeksi 10-20 persen populasi dalam waktu sekitar 20 minggu.

Tetapi itu juga berarti bahwa sekitar setengah orang AS tidak terinfeksi pada gelombang Omicron pertama, yang berpotensi membuat mereka rentan terhadap gelombang lain sekarang.

Virus corona, saat melanda dunia dan menginfeksi jutaan orang, bermutasi dua hingga 10 kali lebih cepat daripada influenza biasanya, kata Bedford.

Kemungkinan varian masa depan masih akan muncul dari Omicron, bahkan mengatasi kekebalan dari kasus Omicron sebelumnya, tambahnya.

Tapi ada juga potensi munculnya varian baru dari strain sebelumnya, seperti Delta. Omicron tampaknya telah berevolusi dari versi virus yang jauh lebih awal pada musim panas 2020, sebelum meledak di seluruh dunia pada akhir 2021.

Baca juga: Pria 61 Tahun Disuntik 90 Dosis Vaksin Covid-19, Jual Sertifikat kepada Anti-vaksin

Masalah pengendoran aturan

Mencabut tindakan pencegahan mungkin akan menghasilkan peningkatan di masa mendatang, tulis Linas dan yang lainnya dalam sebuah penelitian yang diterbitkan awal bulan ini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com