LUHANSK, KOMPAS.com - Suara dentuman artileri Rusia semakin keras saat kami melaju ke posisi garis depan Ukraina di Luhansk. Gemuruh meriam diselingi dengan rentetan tembakan senjata ringan.
Kami berada dalam jarak 500 meter dari posisi pasukan Rusia.
Ini mungkin konflik di abad ke-21 tetapi, dengan jaringan paritnya, terkadang terasa lebih seperti di medan Perang Dunia Pertama pada awal abad ke-20.
Baca juga: Rusia Akui Alami Kerugian Signifikan, Beri Sinyal Akhiri Operasi dalam Waktu Dekat
Serangan militer Rusia di Ukraina timur sudah semakin intensif. Anda dapat melihatnya dalam antrean panjang lalu lintas yang melaju ke barat, wilayah yang relatif aman.
Anda dapat merasakannya di jalan-jalan yang sepi saat berkendara melewati kota-kota besar dan kecil di wilayah Donbass; dan Anda dapat mendengar meningkatnya suara artileri Rusia.
Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan dari utara ke timur Ukraina. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pertempuran di Luhansk dan Donetsk--yang sebagian sudah dikuasai oleh separatis dukungan Rusia.
Di sana, Rusia akan mengambil keuntungan dari jalur pasok yang lebih pendek. Itu yang menjadi masalah dalam serangan yang gagal ke ibu kota Kyiv.
Tentara Ukraina telah berperang di sini selama delapan tahun terakhir. Unit mereka ini termasuk beberapa pasukan yang paling tangguh di negara itu.
Para pejabat Barat mengatakan pasukan Ukraina yang ditempatkan di Donbass adalah unit yang paling terlatih dan punya peralatan lengkap.
Saat serangan Rusia dilancarkan dari utara, timur dan selatan, ada bahaya yang nyata bahwa mereka akan segera dikepung.
Di kawasan itu Ukraina kalah banyak dari Rusia.
Tapi mereka siap bertarung dengan membuat parit-parit pertahanan. Saat kami melakukan perjalanan ke timur menuju garis depan, kami melihat posisi pertahanan baru dan parit-parit sedang digali.
Baca juga: 9 Mei Disebut jadi Batas Waktu Rusia Kuasai Timur Ukraina, Mengapa?