BEIJING, KOMPAS.com - Amerika Serikat membayar atlet untuk "menciptakan gangguan" selama Olimpiade Musim Dingin Beijing, menurut laporan media pemerintah China pada Sabtu (29/1/2022).
Tuduhan itu datang hanya seminggu sebelum dimulainya Olimpiade yang paling dipolitisasi dalam ingatan baru-baru ini, dan segera mendapat perlawanan dari kedutaan AS di China.
Baca juga: China Diam-diam Lockdown Area Dekat Ibu Kota Jelang Olimpiade Beijing
Surat kabar China Daily, mengutip "sumber yang mengetahui masalah ini", mengatakan ada plot oleh Washington untuk membujuk para atlet "bermain pasif" atau menolak untuk mengambil bagian dalam kompetisi dan "menyatakan ketidakpuasan terhadap China".
"Sumber tersebut menekankan bahwa rencana Washington adalah contoh baru yang menunjukkan upaya beberapa pasukan anti-China di Amerika Serikat untuk mempolitisasi olahraga dan mengganggu serta merusak Olimpiade Musim Dingin Beijing," kata artikel itu.
Sebagai imbalannya Amerika Serikat akan menawarkan kompensasi finansial, dan bekerja melindungi reputasi atlet yang bekerja sama, menurut surat kabar itu melansir AFP.
Washington memimpin boikot diplomatik Olimpiade oleh sekelompok negara Barat atas catatan hak asasi manusia China.
Sikap itu secara khusus menyorot tindakan kerasnya terhadap Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang, yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai "genosida".
Negara-negara yang ikut serta dalam boikot tersebut tidak mengirimkan ofisial ke Beijing untuk upacara pembukaan Jumat (4/2/2022), meski para atlet mereka akan berpartisipasi dalam kompetisi.
Baca juga: IOC Akan Temui Peng Shuai, Bintang Tenis China yang Hilang, di Olimpiade Beijing
Kedutaan Besar AS di Beijing pada Sabtu (29/1/2022) membantah tuduhan yang dilaporkan di China Daily.
"Kami tidak mengoordinasikan kampanye global mengenai partisipasi di Olimpiade," kata juru bicara kedutaan dalam email kepada AFP.
"Atlet AS berhak mengekspresikan diri mereka secara bebas sesuai dengan semangat dan piagam Olimpiade, termasuk memajukan hak asasi manusia."
Kedutaan mengatakan Beijing berusaha untuk "mengalihkan perhatian dari catatan hak asasi manusia mereka yang mengerikan".
"Kami berharap RRC memastikan keselamatan dan kesejahteraan para atlet kami -- dan semua atlet -- yang bertanding di Beijing dan menghormati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka," kata juru bicara itu.
Pada Kamis (27/1/2022), Menteri luar negeri China Wang Yi mendesak AS untuk "berhenti mengganggu" Olimpiade selama panggilan telepon dengan timpalannya di Washington, Antony Blinken.
Baca juga: China Akan “Murnikan” Internet Jelang Olimpiade Musim Dingin Beijing dan Tahun Baru Imlek
Menambah isu seputar Olimpiade Musim Dingin, pejabat tinggi Jerman untuk snowboarding pada Senin (24/1/2022) mengatakan dia khawatir tes Covid-19 di Beijing dieksploitasi untuk mengecualikan atlet yang lebih kuat.
Tetapi Michael Hoelz tidak memberikan bukti atas klaimnya. Sementara pejabat kesehatan di Beijing mengatakan pada pengarahan Sabtu (29/1/2022) bahwa tidak ada alasan untuk mempertanyakan kredibilitas tes tersebut.
"Tes PCR yang kami adopsi mengikuti standar Organisasi Kesehatan Dunia dan standar internasional lainnya," kata Huang Chen, pejabat di kantor pencegahan Covid panitia penyelenggara Olimpiade.
Dia mengatakan prosedur pengujian disepakati pada pertemuan para ahli China dan asing dari Komite Olimpiade Internasional.
Dr Brian McCloskey, Ketua Panel Ahli Medis IOC, mengatakan kelompok ahli "puas dengan standar yang sedang kami kerjakan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.