Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang-orang Superkaya Makin Bergelimang Harta Selama Pandemi

Kompas.com - 17/01/2022, 10:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Antara

LONDON, KOMPAS.com – Harta 10 orang terkaya di dunia meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,5 triliun dollar AS (Rp 21,4 kuadriliun) selama pandemi.

Padahal, di sisi lain, tingkat kemiskinan justru melambung, sebagaimana dilansir Antara, Senin (17/1/2022).

Fakta itu ditemukan dalam penelitian yang hasilnya dirilis sebuah lembaga amal pada Senin jelang pertemuan elite Forum Ekonomi Dunia (WEF).

Baca juga: Keluarga Kaya Inggris Cari Pengasuh Anak Kembar, Digaji Ribuan Poundsterling

Sejumlah kepala negara akan bergabung dengan para pemimpin perusahaan dan tokoh terkemuka lain pekan ini dalam konferensi WEF Davos Agenda 2022.

Mereka akan membahas berbagai isu paling penting di dunia dari perubahan iklim hingga kesetaraan vaksin Covid-19.

Pertemuan daring tersebut akan menjadi batu loncatan dalam konferensi tingkat tinggi tahunan WEF yang biasanya digelar di resor pegunungan Davos di Swiss pada musim dingin dan dihadiri orang-orang kaya dan berkuasa di dunia.

Baca juga: Langsung Kaya Mendadak, Gadis Ini Dapat Rp 10 Miliar berkat Disuntik Vaksin Covid-19

Berikut adalah sejumlah data terkait kesenjangan global:

  • Para triliuner telah mencatat lonjakan dalam kekayaan mereka selama pandemi, menurut badan bantuan Oxfam.
  • 10 orang terkaya di dunia bertambah kaya sebesar 15.000 dollar AS (Rp 215 juta) per detik atau 1,3 miliar dollar AS (Rp 18,6 triliun) per hari selama pandemi.
  • Harta mereka melebihi gabungan harta yang dimiliki 3,1 miliar penduduk miskin di dunia.
  • Seorang triliuner baru muncul setiap 26 jam sejak awal pandemi.
  • Lebih dari 160 juta orang diperkirakan jatuh miskin selama krisis kesehatan saat ini.
  • Kesenjangan di antara negara-negara di dunia diperkirakan meningkat untuk kali pertama dalam sebuah generasi. Kesenjangan juga semakin lebar di dalam sebuah negara.
  • Negara-negara kaya pulih lebih cepat. Pendapatan mereka pada 2023 kemungkinan akan kembali ke tingkat sebelum pandemi. Namun, negara-negara berkembang akan mengalami penurunan rata-rata 4 persen menurut Bank Dunia.
  • Pada 2023, pendapatan per kapita kemungkinan akan tetap di bawah level 2019 di 40 negara berkembang, kata Bank Dunia.
  • Kesenjangan menyumbang 21.300 kematian per hari atau satu kematian per empat detik, menurut laporan Oxfam.
  • Sekitar 5,6 juta orang di negara-negara miskin meninggal tiap tahun karena keterbatasan memperoleh layanan kesehatan, sementara kelaparan membunuh lebih dari 2,1 juta orang per tahun, kata laporan itu.
  • Rasio pasien Covid-19 yang meninggal di negara-negara berkembang diperkirakan dua kali lebih besar daripada di negara-negara kaya.
  • Hanya tujuh persen lebih penduduk di negara-negara miskin telah menerima satu dosis vaksin dibandingkan dengan lebih dari 75 persen di negara-negara kaya.
  • Satu persen orang paling kaya di dunia membuang dua kali lebih banyak karbon dioksida dibanding 50 persen orang miskin.
  • Jika tidak dikendalikan, perubahan iklim akan mendorong 132 juta orang ke jurang kemiskinan ekstrem pada 2030, menurut perkiraan Bank Dunia.
  • Pandemi juga telah memundurkan kemajuan global dalam kesetaraan gender. Wanita akan memerlukan waktu hampir 136 tahun agar dapat setara dengan pria, naik dari angka 99 tahun pada saat prapandemi.

Baca juga: Apakah Orang-orang Super Kaya Selama Ini Bebas Menyebarkan Emisi Karbon?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com