Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban: Pemerintahan Afghanistan yang Lemah Tak Akan Menguntungkan Siapa Pun

Kompas.com - 14/12/2021, 18:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri sementara Taliban Amir Khan Muttaqi yakin sanksi terhadap Afghanistan atau membuat negara itu tidak stabil tidak akan menguntungkan siapa pun.

“Sanksi terhadap Afghanistan … memiliki pemerintah Afghanistan yang lemah tak akan menguntungkan siapa pun,” kata Muttaqi kepada kantor berita AP dalam sebuah wawancara pada Minggu (12/12/2021).

Baca juga: Setelah Afghanistan, Pasukan AS Akhiri Misi Tempurnya di Irak

Berbicara dalam bahasa Pashto asalnya, Muttaqi mengatakan pemerintah Taliban menginginkan hubungan baik dengan semua negara dan tidak memiliki masalah dengan Amerika Serikat (AS).

Taliban menghadapi isolasi diplomatik karena Imarah Islam, nama pemerintahnya, belum diakui oleh negara mana pun dan PBB.

Dia mendesak Washington dan negara-negara lain untuk melepaskan lebih dari 10 miliar dollar AS (Rp 143 triliun) dana yang dibekukan ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus, menyusul serangan militer yang cepat di Afghanistan dan pelarian rahasia yang tiba-tiba dari Presiden Ashraf Ghani yang didukung AS.

PBB memperingatkan bahwa hampir 23 juta orang, sekitar 55 persen dari populasi Afghanistan, menghadapi tingkat kelaparan yang ekstrem.

Hampir sembilan juta orang diantaranya berisiko kelaparan saat musim dingin berlangsung di negara miskin yang terkurung daratan itu.

Baca juga: Nasib Bayi-bayi Afghanistan, Hidup Kelaparan dalam Krisis Tanpa Perawatan Layak

Muttaqi juga mengakui kemarahan dunia, atas pembatasan yang diberlakukan Taliban pada pendidikan anak perempuan dan perempuan Afghanistan dalam angkatan kerja.

Di banyak bagian Afghanistan, siswa sekolah menengah perempuan antara kelas tujuh dan 12 tidak diizinkan pergi ke sekolah sejak Taliban mengambil alih. Banyak juga pegawai negeri perempuan Afghanistan diperintahkan untuk tinggal di rumah.

Pejabat Taliban mengatakan mereka perlu waktu untuk membuat pengaturan yang dipisahkan gender di sekolah dan tempat kerja, untuk memenuhi interpretasi mereka yang keras tentang Islam.

Ketika pertama kali memerintah dari 1996 hingga 2001, Taliban melarang anak perempuan dan perempuan dari sekolah dan pekerjaan, melarang sebagian besar hiburan dan olahraga dan kadang-kadang melakukan pembunuhan di depan banyak orang di stadion.

Namun Muttaqi mengatakan Taliban telah berubah sejak terakhir kali berkuasa.

“Kami telah membuat kemajuan dalam administrasi dan politik … dalam interaksi dengan bangsa dan dunia. Dengan berlalunya hari, kami akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan membuat lebih banyak kemajuan, ”katanya melansir Al Jazeera.

Baca juga: Perancis Evakuasi 300 Orang Lebih dari Afghanistan

Muttaqi mengeklaim di bawah pemerintahan baru Taliban, anak perempuan akan bersekolah hingga kelas 12 di 10 dari 34 provinsi di negara itu. Sementara sekolah swasta dan universitas beroperasi tanpa hambatan dan 100 persen wanita yang sebelumnya bekerja di sektor kesehatan kembali bekerja.

“Ini menunjukkan bahwa kami pada prinsipnya berkomitmen untuk partisipasi perempuan,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com