Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lampu Jalan di Desa Kami Ditenagai Listrik dari Biogas" (Bagian 1)

Kompas.com - 30/10/2021, 05:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pukul 17.30 WIB, langit mulai gelap di Dusun Dangean, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Matahari yang mulai tenggelam membuat hawa dingin semakin menyergap kulit di desa yang teletak di lereng Gunung Merbabu tersebut.

Namun, sinar matahari yang perlahan menghilang mulai tergantikan pendar putih dari lampu penerangan jalan di depan masing-masing rumah. Di sepanjang jalan yang menanjak, lampu-lampu itu menyala menerangi kegelapan malam.

“Dari sini sampai ke atas (barat) dan utara ada 30 lampu yang listriknya bersumber dari biogas,” kata Supomo, Ketua Desa Mandiri Energi (DME) Desa Gedangan, membuka percakapan dengan Kompas.com, Selasa (19/10/2021). DME Desa Gedangan adalah kelompok yang menggalakkan transisi dan kemandirian energi berbasis energi terbarukan, terutama dari biogas, di Desa Gedangan.

Baca juga: Apa Itu Biogas Kotoran Sapi?

Supomo mengatakan, lampu-lampu tersebut masing-masing memiliki daya antara 12 watt hingga 18 watt. Ke-30 lampu yang terpasang itu seluruhnya dialiri listrik yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg).

PLTBg yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari generator listrik berbahan bakar minyak dengan kapasitas 5.000 watt atau 5 kilowatt. Agar aliran listriknya stabil untuk menyuplai lampu-lampu penerangan jalan, listrik yang dihasilkan PLTBg disimpan ke empat buah baterai yang masing-masing berkapasitah 100 ampere-jam.

Supomo menuturkan, seperangkat pembangkit listrik tersebut berasal dari tim akademisi dari Universitas Muhammadiyah Magelang. Perangkat tersebut mulai diupayakan pada 2020 dan mulai beroperasi hingga menyuplai listrik ke penerangan jalan di Dusun Dangean pada April 2021.

Bahan bakar biogas untuk menyalakan PLTBg itu berasal dari biodigester berukuran 8 meter kubik milik Supomo di dekatnya. Saban hari, Supomo rajin mengisi biodigester yang dibangun sejak 2014 tersebut dengan kotoran dari sapi perah milikinya. Pembangunan bodigester miliknya itu didampingi dan disubsidi oleh Yayasan Rumah Energi.

“Meski biogasnya dipakai untuk PLTBg, biogas sisanya masih cukup untuk dipakai memasak keluarga kami. PLTBg ini dinyalakan tempo enam jam sekali. Setiap kali menyala, waktunya satu jam,” ujar Supomo.

Supomo menuturkan, sebelum adanya PLTBg, lampu-lampu penerangan jalan dipasang sendiri oleh masing-masing warga di depan rumahnya, sehingga beban tarif listrik dibebankan kepada masing-masing rumah. Setelah adanya PLTBg itu, suplai listrik ke 30 lampu penerangan jalan tersebut sudah tidak dibebankan kepada pemilik rumah.

Baca juga: Apa Itu Biogas?

Setiap jamnya, energi listrik yang dihasilkan PLTBg sekitar 5 kilowatt-jam sesuai dengan kapasitasnya yakni 5 kilowatt. Mengacu pada tarif dasar listrik 2021 resmi dari PLN menurut golongan rumah tangga kecil (R-1/TR) dengan batas daya 901 – 1.300 Volt Ampere (VA), pelanggan dibebankan tarif Rp1.444,70/kilowatt-jam.

Bila dihitung secara kasar, mengacu pada tarif dasar listrik tersebut, potensi penghematan adalah sekitar Rp 7.223 jika digunakan untuk satu rumah jika konsumsi listriknya 5 kilowatt-jam per hari.

Ketua Desa Mandiri Energi (DME) Desa Gedangan Supomo mengecek pijar lampu di depan rumahnya di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021). Sekitar 30 lampu di desa tersebut dialiri listrik yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg).KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU Ketua Desa Mandiri Energi (DME) Desa Gedangan Supomo mengecek pijar lampu di depan rumahnya di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021). Sekitar 30 lampu di desa tersebut dialiri listrik yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg).

Bila digunakan untuk penerangan jalan seperti di Dusun Dangean, potensi penghematan dibagi rata untuk setiap rumah. Dari 30 lampu yang terpasang di Dusun Dangean, ada yang berdaya 12 watt hingga 18 watt. Jika dipukul rata lampu yang dipasang adalah 18 watt dengan nyala lampu sekitar 12 jam, maka konsumsi listriknya 6,4 kilowatt-jam.

Dengan acuan tarif dasar listrik yang sama, yakni Rp1.444,70/kilowatt-jam, potensi penghematan kumulatif adalah sekitar Rp 277.328 per bulan. Manfaat lain yang didapat dari PLTBg tersebut adalah bila terjadi pemadaman listrik, ke-30 lampu itu tetap menyala dan menerangi Dusun Dangean.

“Yang jelas masyarakat bisa menghemat, entah berapa rupiah. Karena sebelumnya, mereka harus mengeluarkan biaya untuk penerangan jalan di masing-masing depan rumah,” kata Supomo.

Supomo mengakui bahwa keterbasatan dana adalah salah satu hambatan pengembangan PLTBg di sana. Seperangkat PLTBg tersebut dibantu oleh tim dari Universitas Muhammadiyah Magelang. Namun, untuk memasang instalasi listrik supaya menjangkau lampu-lampu penerangan jalan, mereka perlu merogoh kantong sendiri.

Baca juga: Sudah 12 Tahun Berjalan, Ini Perkembangan Program Biogas Rumah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com