Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 8 Delegasi Diusir, Rusia Balas NATO dengan Hentikan Misi Diplomasi

Kompas.com - 19/10/2021, 09:20 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia menghentikan aktivitas misi diplomasi dan kantor aliansi dengan NATO, setelah 8 delegasinya diusir dari Brussels karena dituduh sebagai mata-mata.  

Langkah tersebut diumumkan pada Senin (18/10/2021) oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan akan efektif diberlakukan pada awal November.

“Mengikuti langkah-langkah tertentu yang diambil oleh NATO, kondisi dasar untuk kerja bersama tidak ada lagi,” kata Lavrov kepada wartawan di Moskow, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (18/10/2021).

Baca juga: NATO Usir 8 Delegasi Rusia dari Brussels karena Terlibat Spionase

Hal itu menandai keretakan hubungan yang semakin lebar antara Rusia dan NATO.

“Menanggapi kegiatan NATO, kami menghentikan pekerjaan misi diplomasi permanen kami di NATO, termasuk pekerjaan kepala perwakilan militer, mulai 1 November atau akan memakan waktu beberapa hari lagi,” terangnya.

Lavrov juga mengumumkan bahwa kantor penghubung dan informasi militer NATO di Moskwa akan ditutup, dengan mengatakan akreditasi akan ditarik kembali pada awal November.

Menteri Luar Negeri Rusia tersebut mengatakan bahwa kontak antara aliansi Barat dan Moskwa dapat dilakukan melalui kedutaan Rusia di Belgia.

NATO mengatakan telah memperhatikan komentar Lavrov, tetapi badan tersebut tidak menerima komunikasi resmi tentang masalah yang terjadi oleh Rusia.

Baca juga: Diam-diam Bekerja sebagai Perwira Intelijen, Delapan Anggota Misi Rusia untuk NATO Diusir

Mata-mata Rusia

Pada awal Oktober, NATO mengusir 8 anggota misi Rusia untuk aliansi transatalntik itu. Namun, NATO menyebut mereka sebagai "perwira intelijen Rusia yang tidak diumumkan" atau dengan kata lain adalah mata-mata.

Rusia mengatakan pada saat itu bahwa pengusiran merusak harapan bahwa hubungannya dengan aliansi yang dipimpin Amerika Serikat dapat menjadi normal.

Sementara, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pengusiran warga negara Rusia itu tidak terkait dengan peristiwa tertentu. Namun mengklaim, kegiatan 8 orang itu tidak sesuai dengan akreditasi mereka.

Baca juga: NATO Terancam Melemah atas Kesepakatan Kapal Selam Amerika Serikat dan Australia

Stoltenberg mengatakan bahwa NATO perlu waspada dalam menghadapi aktivitas Rusia, yang "memfitnah" dan menggambarkan hubungan dengan Moskwa saat ini sebagai titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin.

Stoltenberg mengamati pembangunan militer Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina, dan ia menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) sebagai bukti "tindakan agresif".

Rusia bukan anggota NATO, tetapi telah lama memiliki misi pengamat untuk aliansi sebagai bagian dari Dewan NATO-Rusia selama dua dekade, yang dimaksudkan untuk mempromosikan kerja sama di bidang keamanan bersama.

Namun, dewan tersebut sebagian besar tidak berfungsi sejak aneksasi Moskow atas Krimea dari Ukraina pada 2014.

Sejak itu, Rusia telah berulang kali menuduh NATO secara provokatif memperluas infrastruktur militernya lebih dekat ke perbatasannya.

Baca juga: Ukraina Gelar Latihan Militer Gabungan Bareng AS dan NATO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com