Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Larang Siaran TV Tunjukkan Wanita dengan Minuman Warna Merah atau Makan Pizza

Kompas.com - 07/10/2021, 20:27 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

TEHERAN, KOMPAS.com - Aturan sensor Iran yang baru melarang pembuat konten televisi (tv) di negaranya menampilkan wanita makan pizza di layar, menurut sumber oposisi.

Selain itu, pembuat drama juga telah diperingatkan bahwa pria tidak boleh ditampilkan menyajikan teh untuk wanita, dalam adegan yang melibatkan tempat kerja. Wanita juga tidak boleh mengenakan sarung tangan kulit.

Baca juga: Memo Rahasia CIA: Iran dan China Telah Mengeksekusi Banyak Informan AS

Menurut IranWire, pejabat pemerintah Iran telah mengeluarkan pedoman baru untuk penyiar dan pembuat film setelah audit baru-baru ini.

Melansir Daily Mail pada Rabu (6/10/2021), situs web tersebut mengatakan Amir Hossein Shamshadi, kepala PR di Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB), memutuskan bahwa wanita tidak boleh ditampilkan dalam adegan dengan minuman berwarna merah. Sandwich juga ada dalam daftar.

Untuk memastikan bahwa aturan baru yang ketat dipatuhi, setiap adegan atau foto yang memperlihatkan pria dan wanita di lingkungan domestik harus mendapat izin dari IRIB sebelum disiarkan.

Beberapa situs streaming Iran akan menyensor sendiri untuk menghindari sanksi dari pihak berwenang di Teheran.

Baca juga: Semakin Tegang, Kenapa Iran Berkonflik dengan Azerbaijan?

Pihak AS telah menempatkan sanksi pada IRIB atas rencana rezim Iran, terkait pengembangan senjata nuklir.

Sumber oposisi, seperti Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI), mengeklaim Pasukan Quds dari Pengawal Revolusi menggunakan pesawat tak berawak yang kemudian dikerahkan di Irak dan Suriah.

Pasukan Quds, yang dipimpin oleh komandan Qassem Soleimani sampai pembunuhannya dalam serangan AS di Irak pada 2020, dituduh oleh Barat memimpin operasi Iran di Irak, Suriah dan Yaman dan berusaha menargetkan Barat pada serangannya.

Namun, Iran mengatakan pihaknya berharap pembicaraan dengan Barat mengenai rencana nuklirnya dapat dilanjutkan, yang mengarah pada pencabutan sanksi.

Pada Rabu (6/10/2021), Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan di Moskwa bahwa ia mengharapkan negosiasi mengenai kesepakatan nuklir 2015 akan segera dimulai kembali di Wina.

Kesepakatan itu memberikan keringanan sanksi kepada Iran, sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Namun sejak presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu pada 2018 keadaannya menjadi kritis.

Baca juga: Topan Shaheen Terjang Oman dan Iran Akibatnya 10 Orang Tewas

Presiden AS Joe Biden telah mengisyaratkan kesediaan untuk kembali ke kesepakatan. Tetapi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan pekan lalu bahwa waktu hampir habis dan bola ada di pengadilan Iran.

Pada Rabu (6/10/2021) Menteri Luar Negeri Iran mengatakan pembicaraan nuklir bisa segera dilanjutkan.

"Kami sekarang menyelesaikan konsultasi mengenai masalah ini dan akan segera memulihkan negosiasi kami di Wina," kata Amir-Abdollahian kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Di Teheran, juru bicara komisi keamanan nasional dan kebijakan luar negeri parlemen Mahmoud Abbaszadeh Meshkini mengatakan pembicaraan akan dilanjutkan “dalam beberapa hari mendatang”.

Baca juga: Kedubes Iran di Baku Diserang Sebelum Latihan Perang Dekat Azerbaijan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com