Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Murid Putri SMP untuk Kembali ke Sekolah

Kompas.com - 18/09/2021, 09:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

KABUL, KOMPAS.com - Kelompok Taliban secara resmi melarang murid SMP putri untuk kembali ke sekolah, dan menyebut hanya siswa putra yang boleh belajar.

Kementerian pendidikan yang dibentuk milisi menyatakan, sekolah akan digulirkan lagi mulai Sabtu (18/9/20210, setelah berbulan-bulan ditutup.

"Seluruh murid dan guru laki-laki diharuskan kembali datang ke tempat mereka belajar," ujar kementerian.

Baca juga: Pakar: China dan Pakistan Tawarkan Dukungan ke Pemimpin Taliban

Tetapi seperti diberitakan The Sun, aturan itu sama sekali tidak menyebutkan mengenai murid putri SMP ataupun guru perempuan.

Aryan Aroon, aktivis yang mengungsi sebelum Taliban berkuasa kepada Washington Post menyayangkan aturan tersebut.

"Melarang gadis bersekolah sama saja mengubur mereka hidup-hidup. Ini baru permulaan. Jangan biarkan mimpi buruk ini terus berlanjut," keluhnya.

Sejak kembali menguasai Afghanistan pada 15 Agustus 2021, Taliban mengeklaim mereka tidak akan sebrutal pemerintahan sebelumnya di 1990-an.

Otoritas edukasi milisi menerangkan, kali ini perempuan diiznkan untuk memperoleh pendidikan hingga tingkat universitas.

Hanya, milisi mewajibkan mahasiswa dan mahasiswi harus duduk terpisah, dengan mahasiswa wajib mengenakan niqab.

Baca juga: Taliban Tembak Mati Ibu yang Gendong Bayinya Usai Demo di Kabul Afghanistan

Mahasiswi itu harus diajar sesama dosen wanita atau pengajar pria yang mempunyai "karakter dan moral yang baik".

Sesi kuliah mereka dijadwalkan lima menit lebih awal dibanding mahasiswa, untuk mencegah mereka bergaul di luar kampus.

Kabar itu jelas memantik protes dari para perempuan yang memutuskan berunjuk rasa, menuntut komitmen milisi terkait segregasi gender.

Kabar lainnya, Taliban dilaporkan menutup kementerian untuk perempuan dan menggantinya dengan kementerian kebajikan dan kebaikan.

Baca juga: Taliban Larang Staf Wanita Masuk Kementerian Urusan Perempuan Afghanistan

Diwartakan Reuters, "polisi moral" milisi akan menegakan aturan berpakaian, dan pada periode pertama melakukan eksekusi publik.

Tetapi, berbagai kabar mengenai kebijakan yang dianggap tidak mendukung wanita membuat komitmen Taliban dipertanyakan.

Misalnya adalah perempuan diwajibkan menunggu "di ruang tunggu" sebuah gedung sampai lelaki keluar, atau penyiar wanita yang diganti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com