Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Malaysia Muhyiddin Mundur 16 Agustus, Ini Sebab Koalisinya Tak Pernah Stabil

Kompas.com - 15/08/2021, 13:07 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, akan mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja Sultan Abdullah pada Senin (16/8/2021).

Muhyiddin dijadwalkan melakukan audiensi khusus dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah di Istana Negara.

Seusai bertemu Raja, PM berusia 74 tahun itu bakal menyampaikan pidato khusus yang akan disiarkan seluruh TV Malaysia pada Senin siang mengenai pengunduran dirinya.

Baca juga: PM Muhyiddin Yassin Bakal Bertemu Raja Malaysia, Sinyal Mengundurkan Diri?

Salah satu sumber yaitu anggota kabinet Muhyiddin menyampaikan kepada The Star, Sabtu (14/8/2021), Muhyiddin telah memberitahu rencananya untuk lengser kepada petinggi partai koalisi Perikatan Nasional pimpinannya.

Kemudian dilansir dari Malaysia Kini, Menteri di Departemen PM Malaysia bidang Penugasan Khusus, Mohd Redzuan Md Yusof, menuturkan bahwa keputusan mundur disampaikan Muhyiddin saat bertemu dengan para petinggi Partai Bersatu di markas Perikatan Nasional, Minggu (15/8/2021) pagi waktu setempat.

Sumber lain dari dua komponen partai koalisi, Bersatu dan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) menuturkan kepada Free Malaysia Today, surat pengunduran diri Muhyiddin sudah ditandatangani.

Presiden partai Bersatu itu memutuskan menyudahi 17 bulan pemerintahannya, setelah dia kehabisan peluru politik untuk merebut kembali mayoritas parlemen yang lenyap dari tangannya.

Sejumlah menteri kabinet juga dilaporkan telah selesai mengemas barang-barang dari kantor mereka.

Muhyiddin saat ini hanya didukung sekitar 100 anggota parlemen, jauh di bawah angka minimal 111 yang diperlukannya untuk mengamankan mayoritas di Dewan Rakyat.

Anggota parlemen Malaysia berjumlah 222 di mana 2 kursi saat ini kosong.

Baca juga: PM Malaysia Muhyyiddin Yassin Dikabarkan Mengundurkan Diri pada Senin

Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) tampil bersama saat memimpin protes menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Muhyiddin Yassin di Kuala Lumpur, Senin (2/8/2021)AFP Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) tampil bersama saat memimpin protes menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Muhyiddin Yassin di Kuala Lumpur, Senin (2/8/2021)
Perikatan Nasional yang tidak pernah stabil

Kolapsnya rezim Muhyiddin tidaklah terlalu mengejutkan, karena begitu rapuhnya koalisi politik yang dibangunnya.

Muhyiddin naik menjadi orang nomor satu "Negeri Jiran” setelah mengarsiteki kudeta politik terhadap koalisi Pakatan Harapan, yang memimpin Malaysia sejak kemenangan mengejutkan pada pemilihan umum (pemilu) Mei 2018.

Bersatu, di bawah arahannya menarik dukungan dari Pakatan pada Februari 2020 bersama belasan parlementarian lain dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), untuk membentuk pemerintahan berporos etnis Melayu bersama UMNO dan Partai Islam se-Malaysia (PAS)

Muhyiddin kemudian ditunjuk sebagai PM oleh Sultan Abdullah menyingkirkan mantan sekutu dan mentor politiknya, eks Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Ironisnya kejatuhan Muhyiddin kali ini disebabkan oleh UMNO yang sebelumnya memberikannya tiket Perdana Menteri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com