Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Lab Wuhan Ini Peringatkan Varian Covid-19 Lebih Mematikan Akan Muncul

Kompas.com - 06/08/2021, 15:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WUHAN, KOMPAS.com - Peneliti terkenal di laboratorium Wuhan, China memeringatkan varian Covid-19 yang lebih mematikan akan segera muncul.

Shi Zhengli mendapatkan julukan sebagai "perempuan kelelawar", karena dedikasinya meneliti virus pada hewan itu selama 16 tahun terakhir.

Dia menjadi salah satu ilmuwan ternama yang menemukan puluhan jenis virus corona di dalam goa kelelawar.

Baca juga: CDC AS: Varian Covid-19 Delta Sama Menularnya seperti Cacar Air

Namanya dikenal karena menjadi sosok pertama yang membongkar genome SARS-Cov-2, ketika pertama terdeteksi di Desember 2019.

Dalam wawancara terbaru, Shi memeringatkan dunia bisa kembali dihantam varian Covid-19 yang lebih mematikan.

"Karena jumlah kasus infeksi terlalu besar, memungkinkan corona untuk bermutasi," kata Shi Zhengli kepada media China People's Daily.

"Varian baru akan terus bermunculan," lanjut Shi sebagaimana diberitakan Daily Mirror pada Kamis (5/8/2021).

Pernyataan Shi itu muncul setelah beredar klaim varian terbaru akan membunuh lebih dari sepertiga yang terpapar.

Dokumen yang dipublikasikan Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) menyatakan, galur virus corona di masa depan bisa seperti MERS.

Baca juga: WHO: Pandemi Belum Usai, Varian Covid-19 yang Lebih Berbahaya Akan Muncul

Panel yang menjadi penasihat di kala pandemi itu mengatakan, mutasi tersebut dimungkinkan jika virusnya beredar luas.

Sebelumnya pada awal tahun ini, Shi membantah dengan keras klaim bahwa corona bocor dari tempat kerjanya di Wuhan.

"Lab saya tidak pernah melakukan penelitian gain-of-function yang bisa meningkatkan kapasitas virus," tegasnya kepada New York Times.

Baca juga: Dari Ranjang Rumah Sakit, Pasien Covid-19 Ini Menangis Menyesal Tidak Divaksin

Shi menekankan klaim yang menyebutkan labnya menyimpan rahasia penyebaran Covid-19 adalah spekulasi yang berakar pada ketidakpercayaan total.

"Ini sudah bukan ranah sains lagi. Saya tidak takut apa pun karena saya tidak melakukan kesalahan," ujar dia tegas.

Dia juga menyanggah kabar tiga peneliti di tempatnya memeriksakan diri ke rumah sakit pada November 2019, dengan gejala mirip corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com