KOMPAS.com - Selama wabah Demam Kuning di Brasil 2018 lalu, terjadi kekurangan vaksin secara global.
Menghadapi keterbatasan dan penyebaran virus yang cepat, pejabat kesehatan di Brasil memutuskan untuk memberikan dosis fraksional.
Mereka memberi warganya seperlima dari dosis normal.
Baca juga: Netlfix Wajibkan Vaksin Covid-19 bagi Pemeran dan Kru Produksinya di AS
Dilansir Al Jazeera, dosis fraksional atau dosis yang lebih rendah, telah digunakan di seluruh dunia selama bertahun-tahun sebagai cara untuk mengatasi kekurangan vaksin.
Pada 2016, hal itu juga digunakan di Angola dan Republik Demokratik Kongo selama wabah Demam Kuning.
Saat ini, bukti baru menunjukkan bahwa itu bisa dilakukan dengan beberapa vaksin Covid-19.
Menurut Our World in Data, 3,79 miliar dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia. Tapi 73,1 persen populasi global belum menerimanya.
Banyak negara kaya dibuka kembali setelah memvaksinasi sebagian besar warganya. Sementara di negara-negara berpenghasilan rendah, hanya 1,1 persen orang yang telah menerima setidaknya satu dosis.
“Dosis pecahan adalah dosis yang lebih baik daripada tidak ada dosis sama sekali dan itu lebih baik daripada banyak vaksin yang saat ini digunakan,” kata Alex Tabarrok, profesor ekonomi di Universitas George Mason.
Dalam studi pracetak baru, para ilmuwan telah melihat data dari uji coba awal Moderna.
Selama tahap tersebut, peserta uji coba diberi berbagai ukuran dosis.
Baca juga: Lakukan Ini jika Sertifikat Vaksin Covid-19 Belum Muncul di Pedulilindungi.id
Yang diberikan adalah dosis 100 mikrogram yang dibawa ke fase tiga dan seterusnya.
Tetapi data menunjukkan bahwa tujuh bulan setelah menerima dua perempat dosis, masing-masing 25 mikrogram, peserta memiliki respons kekebalan yang serupa dengan dosis penuh.
Menurut penelitian ini dan penelitian lainnya, sel-T dan antibodi penetralisir dalam seperempat setengah dosis, sebanding dengan dosis penuh.
“Imunitasnya lebih rendah tetapi sebanding,” kata Alex Sette, profesor imunologi di La Jolla Institute for Immunology dan rekan penulis studi baru, tentang dosis seperempat vaksin Moderna.