Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Biden Berhasil Saingi China?

Kompas.com - 18/06/2021, 19:45 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - G7 telah menyatakan dalam pengumuman pada akhir pekan lalu bahwa akan mendukung proposal yang dipimpin Amerika untuk menciptakan alternatif terhadap “Belt and Road Initiative” yang digagas China sejak 8 tahun lalu.

Hal itu disambut optimisme yang hati-hati oleh para pakar pembangunan internasional.

Para pakar menyambut baik fokus untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sedang mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Jumat (18/6/2021).

Baca juga: Dubes AS Waspadai Pengaruh China di PBB

 

Namun, masih memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana proposal itu dilaksanakan, yang belum ada jawabannya secara langsung.

Menurut dokumen Gedung Putih, rencana itu bertujuan untuk “secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun-tahun mendatang.

Para pakar menilai proposal alternatif “Belt and Road Initiative” itu merupakan bagian yang lebih luas yang didorong Presiden Joe Biden.

Baca juga: AS Vs China, dari Pandemi Covid-19 ke Ideologi

 

Sebelumnya, G7 dan negara-negara demokrasi lainnya di seluruh dunia masih terpaku dalam “pertempuran” dengan rezim otoriter,seperti China dan Rusia, yang bersaing untuk menanamkan pengaruh pada negara-negara berkembang.

Upaya kelompok AS dan aliansianya itu disebut sebagai “Kemitraaan Untuk Membangun Kembali Dunia yang Lebih Baik” atau “Build Back Better World Partnership”, sebuah langkah untuk “menggalang negara-negara yang demokrat untuk menghadapi tantangan dunia, dan memberikan (hasil) bagi rakyat kita dan seluruh rakyat di dunia,” ujar Biden.

Baca juga: Ketegangan Meningkat, AS Kirim Kapal Induk USS Ronald Reagan ke Laut China Selatan

Langkah Positif yang Luar Biasa

“Tentu saja fakta bahwa Amerika hadir dan sangat terlibat dalam G7 merupakan langkah positif yang sangat luar biasa,” ujar Lisa Bos, Direktur Hubungan Pemerintah Bagi Visi Dunia, suatu organisasi kemanusiaan Kristen dunia.

“Bahwa kita menunjukkan kepemimpinan merupakan langkah positif yang sangat luar biasa. Tetapi, apakah kita menunjukkan kepemimpinan untuk benar-benar mencapai hasil dan tujuan nyata, dan menjadikannya benar-benar bermakna?”

Bos mengatakan situasi saat ini, di mana pandemi telah membuat warga memusatkan pada keterkaitan dunia dan nilai institusi yang kuat, telah menciptakan semacam peluang.

“Ada saat di mana kita benar-benar dapat menghidupkan kembali, memberi energi kembali, pada pekerjaan yang coba dilakukan banyak negara maju untuk menciptakan dunia yang lebih aman, lebih terjamin, lebih sejahtera dan lebih sehat,” ujar Bos.

Ia menambahkan, “jika tidak sekarang, lalu kapan? Kita berada pada saat yang sangat kritis dan sekarang bukan saat untuk mundur. Sekarang saatnya menekan energi.”

Baca juga: China Tuding Covid-19 Bermula dari AS dan Eropa, Harus Diselidiki sebagai Senjata Biologis

Diperlukan Tindak Lanjut Berkelanjutan

Wakil Presiden Masyarakat Eropa/Dewan Amerika Eric Farnsworth mengatakan, “Saya kira rencana ini benar-benar positif, bahwa negara-negara G7 mengakui adanya isu ini dan perlunya mengambil tindakan.”

Ditambahkannya, “ada kebutuhan nyata di luar sana yang perlu dipenuhi. Jika orang-orang di pasar yang sedang berkembang dan lainnya tidak melihat solusi dari negara-negara demokrasi ini, maka mereka akan mencari solusi dari mana pun yang mereka bisa. Dan tentu saja China memiliki sangat banyak uang.”

Supaya berhasil, maka program “Build Back Better World Partnership” atau B3W akan membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua negara yang terlibat, ujar Farnsworth.

Kelompok G7 adalah kelompok negara-negara industri yang kaya, yang mencakup Amerika, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.

“Anda bisa mengumumkannya, tetapi kuncinya bukan hanya tindak lanjut, tetapi tindak lanjut yang bermakna dan berkelanjutan, sehingga tidak hanya sekali...tapi menjadi prioritas,” ujarnya.

“Keberlanjutan itu, dalam pandangan saya, merupakan kunci. Ini harus menjadi sesuatu dipahami orang bahwa mereka dapat mengandalkannya. Bahwa jika mereka mendaftar pada kesepakatan itu dengan Amerika atau Uni Eropa, maka itu akan beroperasi 3-5 tahun dari sekarang,” terangnya. 

Baca juga: China Ribut dengan G7 dan NATO, Biden Siap Temui Xi Jinping

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com