Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Biden Berhasil Saingi China?

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - G7 telah menyatakan dalam pengumuman pada akhir pekan lalu bahwa akan mendukung proposal yang dipimpin Amerika untuk menciptakan alternatif terhadap “Belt and Road Initiative” yang digagas China sejak 8 tahun lalu.

Hal itu disambut optimisme yang hati-hati oleh para pakar pembangunan internasional.

Para pakar menyambut baik fokus untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sedang mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Jumat (18/6/2021).

Namun, masih memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana proposal itu dilaksanakan, yang belum ada jawabannya secara langsung.

Menurut dokumen Gedung Putih, rencana itu bertujuan untuk “secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun-tahun mendatang.

Para pakar menilai proposal alternatif “Belt and Road Initiative” itu merupakan bagian yang lebih luas yang didorong Presiden Joe Biden.

Sebelumnya, G7 dan negara-negara demokrasi lainnya di seluruh dunia masih terpaku dalam “pertempuran” dengan rezim otoriter,seperti China dan Rusia, yang bersaing untuk menanamkan pengaruh pada negara-negara berkembang.

Upaya kelompok AS dan aliansianya itu disebut sebagai “Kemitraaan Untuk Membangun Kembali Dunia yang Lebih Baik” atau “Build Back Better World Partnership”, sebuah langkah untuk “menggalang negara-negara yang demokrat untuk menghadapi tantangan dunia, dan memberikan (hasil) bagi rakyat kita dan seluruh rakyat di dunia,” ujar Biden.

Langkah Positif yang Luar Biasa

“Tentu saja fakta bahwa Amerika hadir dan sangat terlibat dalam G7 merupakan langkah positif yang sangat luar biasa,” ujar Lisa Bos, Direktur Hubungan Pemerintah Bagi Visi Dunia, suatu organisasi kemanusiaan Kristen dunia.

“Bahwa kita menunjukkan kepemimpinan merupakan langkah positif yang sangat luar biasa. Tetapi, apakah kita menunjukkan kepemimpinan untuk benar-benar mencapai hasil dan tujuan nyata, dan menjadikannya benar-benar bermakna?”

Bos mengatakan situasi saat ini, di mana pandemi telah membuat warga memusatkan pada keterkaitan dunia dan nilai institusi yang kuat, telah menciptakan semacam peluang.

“Ada saat di mana kita benar-benar dapat menghidupkan kembali, memberi energi kembali, pada pekerjaan yang coba dilakukan banyak negara maju untuk menciptakan dunia yang lebih aman, lebih terjamin, lebih sejahtera dan lebih sehat,” ujar Bos.

Ia menambahkan, “jika tidak sekarang, lalu kapan? Kita berada pada saat yang sangat kritis dan sekarang bukan saat untuk mundur. Sekarang saatnya menekan energi.”

Diperlukan Tindak Lanjut Berkelanjutan

Wakil Presiden Masyarakat Eropa/Dewan Amerika Eric Farnsworth mengatakan, “Saya kira rencana ini benar-benar positif, bahwa negara-negara G7 mengakui adanya isu ini dan perlunya mengambil tindakan.”

Ditambahkannya, “ada kebutuhan nyata di luar sana yang perlu dipenuhi. Jika orang-orang di pasar yang sedang berkembang dan lainnya tidak melihat solusi dari negara-negara demokrasi ini, maka mereka akan mencari solusi dari mana pun yang mereka bisa. Dan tentu saja China memiliki sangat banyak uang.”

Supaya berhasil, maka program “Build Back Better World Partnership” atau B3W akan membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua negara yang terlibat, ujar Farnsworth.

Kelompok G7 adalah kelompok negara-negara industri yang kaya, yang mencakup Amerika, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.

“Anda bisa mengumumkannya, tetapi kuncinya bukan hanya tindak lanjut, tetapi tindak lanjut yang bermakna dan berkelanjutan, sehingga tidak hanya sekali...tapi menjadi prioritas,” ujarnya.

“Keberlanjutan itu, dalam pandangan saya, merupakan kunci. Ini harus menjadi sesuatu dipahami orang bahwa mereka dapat mengandalkannya. Bahwa jika mereka mendaftar pada kesepakatan itu dengan Amerika atau Uni Eropa, maka itu akan beroperasi 3-5 tahun dari sekarang,” terangnya. 

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/18/194527770/akankah-biden-berhasil-saingi-china

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke