Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Lanka akan Larang Pemakaian Burkak dan Tutup 1.000 Madrasah

Kompas.com - 13/03/2021, 18:17 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

COLOMBO, KOMPAS.com – Sri Lanka akan melarang pemakaian burkak dan menutup lebih dari 1.000 madrasah.

Hal itu ditarakan oleh Menteri Keamanan Publik Sri Lanka Sarath Weerasekera pada Sabtu (12/3/2021) sebagaimana dilansir Reuters.

Weerasekera mengatakan pada konferensi pers bahwa dia telah menandatangani sebuah proposal pelarangan pemakaian burkak bagi wanita Muslim pada Jumat (12/3/2021).

Baca juga: Hasil Referendum Swiss Putuskan Larangan Pemakaian Burkak

Proposal tersebut tinggal menunggu persetujuan kabinet Sri Lanka. Proposal tersebut diajukan Weerasekera dengan alasan keamanan nasional.

“Pada masa-masa awal kami, wanita dan gadis Muslim tidak pernah mengenakan burkak,” kata Weerasekera.

“Itu adalah tanda ekstremisme agama yang muncul baru-baru ini. Kami pasti akan melarangnya," sambung Weerasekera.

Baca juga: Rakyat Swiss Larang Pemakaian Burka di Referendum, Apa Alasannya?

Selain itu, Weerasekera mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk menutup lebih dari 1.000 madrasah yang menurutnya melanggar kebijakan pendidikan nasional.

“Tidak boleh ada pihak yang bisa membuka sekolah dan mengajarkan apa pun sesuka hatinya kepada anak-anak,” katanya.

Sri Lanka sempat membuat aturan yang melarang pemakaian burkak pada 2019.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Suhaila Siddiq Jenderal Perempuan Taliban Pertama, Bekerja Tanpa Burka

Larangan itu dicabut awal tahun ini setelah mendapat kritik dari Amerika Serikat (AS) dan kelompok hak asasi internasional.

Sebelumnya mengeluarkan aturan pelarangan pemakaian burka itu, Sri Lanka diguncang bom di hotel dan gereja, menewaskan lebih dari 250 orang.

Pengeboman itu dilancarkan kelompok teroris dan terjadi saat Paskah pada 21 April 2019.

Baca juga: Negara Bagian Jerman Ini Larang Murid Pakai Burka dan Niqab di Sekolah

Pada November 2019, Gotabaya Rajapaksa terpilih menjadi Presiden Sri Lanka setelah menjanjikan tindakan keras terhadap ekstremisme.

Rajapaksa, sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan, terkenal karena upayanya dalam menumpas pemberontakan di wilayah utara Sri Lanka yang berkobar selama puluhan tahun.

Rajapaksa dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas selama perang melawan pemberontak, sebuah tuduhan yang dia bantah.

Baca juga: Pelarangan Burka Diberlakukan di Denmark, 1 Wanita Didenda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com