Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2021, 15:48 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

BERN, KOMPAS.com – Hasil referendum di Swiss pada Minggu (7/3/2021) menghasilkan keputusan bahwa negara itu melarang penggunaan penutup wajah sedangkan politikus lokal menyebutnya pelarangan penggunaan burkak.

Proposal larangan memakai penutup wajah di depan umum tersebut diusulkan oleh kelompok sayap kanan sebagaimana dilansir Reuters.

Hasil pemungutan suara menunjukkan, sebanyak 51,2 persen mendukung larangan pemakaian burkak sedangkan 48,8 persen menolak usulan tersebut.

Sebenarnya, proposal di bawah sistem demokrasi langsung Swiss tersebut tidak menyebutkan burkak secara langsung.

Baca juga: Rakyat Swiss Izinkan Kelapa Sawit Indonesia Boleh Masuk

Namun, politikus lokal, media, dan juru kampanye telah menjulukinya larangan tersebut sebagai larangan pemakaian burkak.

Kelompok pengusung usulan tersebut mengatakan, usulan itu juga bertujuan untuk menghentikan pengunjuk yang menggunakan penutup wajah.

Sebelum pemungutan suara digelar, Ketua Komite Referendum dan anggota parlemen dari Partai Rakyat Swiss Walter Wobmann mengatakan, menunjukkan wajah adalah “budaya” di Swiss.

“Di Swiss, tradisi kami adalah menunjukkan wajah Anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami," katar Wobmann.

Baca juga: Wanita Semarang Buka Warkop di Swiss, Pelanggan Ikut Belajar Bahasa Indonesia

“Menutup wajah adalah simbol dari politik Islam ekstrem yang menjadi semakin menonjol di Eropa dan tidak memiliki tempat di Swiss,” imbuh Wobman.

Komunitas Muslim mengutuk hasil pemungutan suara itu serta menambahkan bahwa mereka akan menantangnya.

“Keputusan hari ini membuka luka lama, semakin memperluas prinsip ketidaksetaraan hukum, dan mengirimkan sinyal yang jelas untuk mengucilkan minoritas Muslim,” kata Dewan Pusat Muslim di Swiss.

Dewan Pusat Muslim di Swiss berjanji akan menempuh jalur hukum terhadap undang-undang yang menerapkan larangan tersebut.

Baca juga: Rakyat Swiss Larang Pemakaian Burka di Referendum, Apa Alasannya?

Kelompok tersebut juga akan berupaya melakukan penggalangan dana untuk membantu perempuan yang didenda.

Federasi Organisasi Islam di Swiss menambahkan, mengatur busana melalui konstitusi bukanlah perjuangan untuk membebaskan perempuan.

Kelompok ini menambahkan, mengatur busana sesorang justru merupakan sebuah kemunduran, kembali ke masa lampau.

Baca juga: Jelang Referendum Perjanjian Dagang Indonesia-Swiss, Begini Tanggapan Dubes RI

Federasi Organisasi Islam di Swiss menambahkan, nilai-nilai Swiss tentang netralitas, toleransi, dan perdamaian kini telah tercabik karena hasil referendum tersebut.

Sementara itu, beberapa negara di Eropa telah melarang penggunaan penutup muka. Sebagai contoh pada 2011, Perancis melarang pemakaian cadar di depan umum.

Sementara Denmark, Austria, Belanda, dan Bulgaria melarang penggunaan penutup wajah secara penuh atau sebagian di depan umum.

Baca juga: Referendum Kelapa Sawit dari Indonesia Makin Dekat, Publik Swiss Masih Ragu

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Awalnya Dikira Kucing, Wanita Ini Selamatkan Bayi Macan Kumbang Lalu Merawatnya Hingga Dewasa

Awalnya Dikira Kucing, Wanita Ini Selamatkan Bayi Macan Kumbang Lalu Merawatnya Hingga Dewasa

Global
Serang Balik Rusia, Ukraina Evakuasi Semua Anak di Dekat Zaporizhzhia

Serang Balik Rusia, Ukraina Evakuasi Semua Anak di Dekat Zaporizhzhia

Global
Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman

Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman

Global
Hakim AS: Trump Tipu Bank dan Asuransi Saat Bangun Kerajaan Real Estat

Hakim AS: Trump Tipu Bank dan Asuransi Saat Bangun Kerajaan Real Estat

Global
Terjebak di Lift Macet Perusahaan, Gaji Karyawan Ini Malah Dipotong karena Telat

Terjebak di Lift Macet Perusahaan, Gaji Karyawan Ini Malah Dipotong karena Telat

Global
Hina Pria Beratribut Wagner, Warga Belarusia Dipaksa Minta Maaf di Depan Kamera

Hina Pria Beratribut Wagner, Warga Belarusia Dipaksa Minta Maaf di Depan Kamera

Global
PBB Terus Ingatkan Bahaya Perlombaan Senjata Nuklir Walau Tak Digubris

PBB Terus Ingatkan Bahaya Perlombaan Senjata Nuklir Walau Tak Digubris

Global
Ketika Beckham dan Ronaldo Tampil di Asian Games untuk India...

Ketika Beckham dan Ronaldo Tampil di Asian Games untuk India...

Global
Rusia Klaim AS dan Inggris Bantu Ukraina Serang Armada Laut Hitam di Crimea

Rusia Klaim AS dan Inggris Bantu Ukraina Serang Armada Laut Hitam di Crimea

Global
Pemenang Lotre Rp 31,67 Triliun di AS Dikritik karena Beli Mansion Mewah

Pemenang Lotre Rp 31,67 Triliun di AS Dikritik karena Beli Mansion Mewah

Global
Putin Beri Deadline Menhan Rusia, Hentikan Serangan Balasan Ukraina Sebelum Oktober

Putin Beri Deadline Menhan Rusia, Hentikan Serangan Balasan Ukraina Sebelum Oktober

Global
Filipina Nekat Singkirkan Penghalang Karang di Laut Sengketa, China Merespons Pedas

Filipina Nekat Singkirkan Penghalang Karang di Laut Sengketa, China Merespons Pedas

Global
Bos Evergrande, Xu Jiayin, Ditahan Polisi China

Bos Evergrande, Xu Jiayin, Ditahan Polisi China

Global
Rusia Pertimbangkan Ikut China Setop Impor Makanan Laut dari Jepang Buntut Limbah Fukushima

Rusia Pertimbangkan Ikut China Setop Impor Makanan Laut dari Jepang Buntut Limbah Fukushima

Global
Korut Peringatkan PBB, Semenanjung Korea Berisiko Perang Nuklir

Korut Peringatkan PBB, Semenanjung Korea Berisiko Perang Nuklir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com