Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 150 Pengungsi Etnis Minoritas Rohingya di India Akan Dideportasi

Kompas.com - 09/03/2021, 15:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

NEW DELHI, KOMPAS.com - Lebih dari 150 pengungsi Rohingya, Myanmar yang ditahan polisi India akan mulai dideportasi.

Dua pejabat terkait mengatakan pada Minggu (7/3/2021), bahwa mereka yang akan dideportasi itu, sebelumnya ditangkap di wilayah Jammu dan Kashmir karena tinggal secara ilegal.

Puluhan etnis Rohingya, populasi minoritas Muslim Myanmar, sekarang berada di pusat penampungan sementara di penjara Hira Nagar, Jammu.

Baca juga: “Shuttle Diplomacy” Menlu Retno: Antara Isu Kudeta Militer dan Krisis Kemanusiaan Rohingya

Mereka diidentifikasi setelah orotitas lokal melakukan tes biometrik dan lainnya terhadap ratusan orang untuk memverifikasi identitas mereka.

"Tindakan itu bagian dari latihan untuk melacak orang asing yang tinggal di Jammua tanpa dokumen sah," kata dua pejabat yang anonim karena mereka bukan pihak yang berhak angkat suara di media, seperti yang dilansir dari CNN pada Selasa (9/3/2021).

"Kita mulai proses deportasi terhadap para pengungsi," imbuhnya.

Baca juga: Militer Kembali Berkuasa, Etnis Rohingya di Myanmar Trauma Kembali Disiksa

Pada 2019, pemerintah India membagi bekas negara bagian Jammu dan Kashmir dalam dua wilayah persatuan, mencabut bekas otonomi terbatasnya dan meningkatkan kendali New Delhi atas wilayah meyoritas Muslim.

Pemerintah nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi menganggap Rohingya sebagai imigran ilegal dan berisiko terhadap keamanan.

Sehingga, ia telah memerintahkan ribuan dari mereka yang tinggal di permukiman yang tersebar untuk diidentifikasi dan dideportasi.

Baca juga: Puluhan Pengungsi Rohingya dari Kamp di Indonesia Ditemukan Kabur ke Malaysia

Sementara, etnis minoritas Rohingya itu dikabarkan melarikan diri dari tanah airnya, diduga kerena mendapatkan kekejaman hingga pembunuhan massal dan pemerkosaan oleh militer Myanmar.

PBB telah merekomendasikan agar para pejabat tinggi militer negara Seribu Pagoda menghadapi tuduhan genosida.

Pihak otoritas Myanamr membantah tuduhan genosida dan mengatakan bahwa tentaranya memerangani kampanye kontra-pemberontakan yang sah.

Baca juga: Pengungsi Rohingya Semakin Takut Kembali ke Myanmar Setelah Kudeta

Kemudian, India telah menolak posisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa mendeportasi Rohingya adalah melanggar prinsip hukum internasional, refoulement, mengirim pengungsi kembali ke tempat di mana mereka menghadapi bahaya.

Rohingya di negara itu mengatakan kondisi tidak kondusif bagi mereka untuk kembali ke Myanmar, setelah melarikan diri dari kekerasan dan penganiayaan selama bertahun-tahun.

Sementara ini, India adalah rumah bagi salah satu konsentrasi Rohingya terbesar di luar Bangladesh.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Reputasi Aung San Suu Kyi dari Ikon Perdamaian, Jatuh Akibat Krisis Etnis Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com