Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bantah Dukung Rencana Kudeta Militer Myanmar, Meski dapat Laporan Klaim Kecurangan Pemilu

Kompas.com - 18/02/2021, 11:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - Kedutaan Besar China untuk Myanmar membantah mendukung kudeta militer dan mengatakan kondisi saat ini "sama sekali tidak seperti yang ingin dilihat China".

Melansir media Thailand yang didirikan oleh pelarian Myanmar, The Irrawaddy pada Rabu (17/2/2021), Duta Besar China Chen Hai mengatakan dalam jumpa pers pada Senin (15/2/2021), bahwa Beijing tidak mengetahui rencana junta mengembalikan kekuasaan.

Chen Hai juga mengatakan bahwa harapan China, semua pihak di Myanmar "dapat menangani masalah saat ini melalui dialog dan konsultasi yang baik serta membawa negara kembali ke jalurnya, secepatnya".

Baca juga: Pembangkangan Sipil Myanmar Meningkat, Gerakan Mobil Mogok” Blokade Jalan-jalan

Beijing dikatakan Chen ingin segala sesuatunya berjalan baik di negara tetangga selatannya itu, dari pada melihatnya menjadi tidak stabil atau bahkan jatuh dalam kekacauan.

"Liga Nasional untuk Demokrasi dan Tatmadaw (militer Myanmar) memelihara hubungan persahabatan dengan China," kata duta besar itu.

China sejauh ini diketahui memiliki hubungan aliansi sangat dekat dengan militer Myanmar.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi bertemu dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing ketika berkunjung di Naypiydaw pada 20 hari sebelum terjadi kudeta militer dan penangakapan pemimipin terpilih Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint.

Selama pertemuan mereka, pemimpin kudeta Myanmar saat itu berbagi dengan Wang "temuan" Tatmadaw tentang klaim kecurangan pemilu.

Pada 1 Februari, hanya beberapa jam sebelum Parlemen baru dijadwalkan bersidang di Naypyitaw, militer merebut kekuasaan dan mengumumkan keadaan darurat satu tahun di negara itu.

Baca juga: Lawan Kudeta Myanmar, Hacker Serang Web Pemerintah Militer

Junta militer mengklaim bahwa pihaknya dipaksa untuk bertindak karena dugaan kecurangan dalam pemilihan November dan kegagalan pemerintah yang dipimpin Aung San Suu Kyi untuk menangani masalah tersebut.

Ketika secara internasional tindakan junta adalah kudeta yang dikutuk, China menggambarkan pengambilalihan pemerintahan oleh militer Myanmar, sebagai "perombakan kabinet besar-besaran".

Bersama dengan Rusia, China memblokir upaya baru-baru ini oleh Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk kudeta militer tersebut.

Beijing dan Moskwa melanjutkan pertahanan mereka terhadap rezim militer Myanmar pada sesi khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB baru-baru ini.

Mereka bersikeras bahwa perebutan kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis adalah urusan internal.

Chen bagaimanapun menegaskan dukungan Beijing terhadap pernyataan Dewan Keamanan PBB baru-baru ini yang mengungkapkan "keprihatinan yang mendalam" tentang keadaan deklarasi darurat Myanmar dan penahanan para pemimpin sipil nasional dan lainnya.

Baca juga: Menlu Singapura Tolak Beri Sanksi Luas ke Myanmar meski Sadar Kondisi Mengkhawatirkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com