Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Siapkan Evakuasi jika Demo Menentang Kudeta Myanmar Tak Terkendali

Kompas.com - 08/02/2021, 18:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Indonesia telah menyiapkan evakuasi WNI bila kondisi memburuk di Myanmar di tengah demo puluhan ribu warga yang turun ke jalan-jalan menentang perebutan kekuasaan dan menuntut pihak militer menghormati hasil pemilu bulan November tahun lalu.

Di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, polisi menggunakan meriam air dalam menghadapi para buruh yang mogok. Sejumlah laporan menyebutkan ada beberapa yang terluka.

TV negara memperingatkan pengunjuk rasa bahwa mereka akan mengambil tindakan bila mengancam keamanan publik atau "melanggar hukum."

Baca juga: TV Pemerintah Myanmar Peringatkan Pedemo Anti-Kudeta Bakal Ditindak

Buruh di berbagai wilayah di Myanmar melancarkan aksi mogok nasional dalam demonstrasi hari ketiga, pada Senin (8/2/2020). Dalam aksinya, para buruh juga menuntut pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi, dan dikembalikannya demokrasi di negara tersebut.

Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Iza Fadri, dalam pertemuan virtual dengan warga negara Indonesia Senin, mengatakan sejak dua hari lalu Kementerian Luar Negeri RI telah menyiapkan persiapan darurat untuk berjaga-jaga, termasuk kemungkinan evakuasi WNI.

"Evakuasi (akan dilakukan) kalau situasi sudah anarkis, tak ada lagi hukum dan pemerintah sudah tak bisa mengendalikan situasi lagi, Tak ada lagi otoritas, dan WNI sudah tidak bekerja juga. Menurut saya lebih baik, evakuasi, itu yang bisa dijadikan patokan untuk evakuasi," kata Iza.

Dubes RI juga mengimbau kepada WNI di Myanmar, yang perusahaannya tutup dan tak beroperasi lagi, untuk lebih baik kembali ke Indonesia.

Rencana darurat yang telah disiapkan itu, menurut Iza, termasuk beberapa aliternatif, menggunakan pelabuhan bila bandar udara tutup.

Warga negara Indonesia di Myanmar tercatat sekitar 600 orang dan sejauh ini sudah lebih dari 400 yang mendaftarkan diri melalui online di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon.

Baca juga: Ribuan Orang Demo Menentang Kudeta Militer di Myanmar

Iza mengatakan demonstrasi yang telah terjadi dalam beberapa hari ini terdengar dari kantor kedutaan dan ia mengimbau warga Indonesia untuk tidak keluar rumah.

"Kami lihat (demo ini) sangat masif. Kami imbau warga untuk tidak usah ikut. Pak Athan [atase pertahanan] mengirim foto, ada orang yang pakai senjata panjang dari gedung tinggi [sniper dalam istilah militer]," tambah Dubes Iza.

etapi sejauh ini, unjuk rasa dalam tiga hari terakhir berjalan damai.

Polisi anti huru hara Myanmat memblokir jalan untuk mencegah pengunjuk rasa bergerak maju Sabtu, 6 Februari 2021, di Yangon, Myanmar.AP PHOTO Polisi anti huru hara Myanmat memblokir jalan untuk mencegah pengunjuk rasa bergerak maju Sabtu, 6 Februari 2021, di Yangon, Myanmar.

Gerald Eman, ketua Kerukunan Indonesia Myanmar (KIM), WNI yang telah tinggal di negara itu selama 17 tahun, mengatakan berdasarkan pengalamannya, demonstrasi di negara itu belum pernah diwarnai kerusuhan dan penjarahan.

"(Sejauh pengalaman saya), karakternya (demonstrasi) tak anakarkis. Kerusuhan, menjarah toko dan lain-lain belum pernah kita liat, kondisinya benar-benar politik," kata Gerald.

Tak ada yang merusak, menjarah atau melawan aparat - Cerita WNI di Yangon

Cecep Yadi, warga negara Indonesia yang tinggal di pusat kota Yangon, mengatakan dari apa yang dilihatnya dalam tiga hari terakhir ini, para demonstran tidak ada yang sampai merusak fasilitas umum.

"Mereka di sini tidak ada yang merusak fasilitas, menjarah toko ataupun melawan aparat pengamanan Semuanya berisik, berteriak, dan berorasi.. Tapi tidak ada yang takut.

Baca juga: Relasi AS dan China Masih Tegang di Era Biden, Menlu AS Konfrontasi Langsung China Soal Myanmar dan Taiwan

"Tidak ada yang hanya menonton.. Kalaupun tinggal di rumah, mereka akan diam di depan rumah dan ikut mengangkat tangan tiga jari sebagai bentuk partisipasi demokrasi dan ikut membagikan makanan dan minuman ke setiap orang yang lewat," tambah Cecep.

"Berdasarkan dua hari kemarin, demo selesai jam 20:00, dan mereka kembali ke rumah masing-masing dan membuat suara bising selama kurang lebih 15 menit dengan memukul mukul alat alat dapur (panci atau wajan). Setelah itu sepi."
Presentational white space

Ribuan orang berkumpul di Yangon dan Mandalay, sementara meriam air telah disiagakan di Ibu Kota Naypyidaw untuk mengantisipasi puluhan ribu pendemo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com