Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Petugas Medis Myanmar Mogok Kerja sebagai Protes Kudeta Militer

Kompas.com - 03/02/2021, 17:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Sejumlah 70 rumah sakit dan departemen kesehatan di 30 kota seluruh Myanmar menghentikan pekerjaannya pada Rabu (3/1/2021) sebagai bentuk protes terhadap kudeta yang menggulingkan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.

Melansir Reuters pada Rabu (3/1/2021), Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar yang baru dibentuk mengatakan bahwa tentara telah mementingkan kepentingannya sendiri di atas populasi rentan yang menghadapi kesulitan selama pandemi Covid-19.

Virus corona telah membunuh lebih dari 3.100 orang di Myanmar, yang menjadi salah satu negara dengan jumlah kematian tertinggi di Asia Tenggara.

Baca juga: Myanmar atau Burma? Mengapa Perbedaan Nama Negara Itu Penting?

"Kami menolak untuk mematuhi perintah dari rezim militer yang tidak sah, yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati pasien kami yang malang," kata kelompok itu memprotes.

Ada 4 dokter yang mengonfirmasi aksi mogok kerja, tapi tidak ingin menyebutkan identitas mereka.

"Saya ingin tentara untuk kembali ke barak mereka, maka kami para dokter akan kembali ke rumah sakit," kata salah seorang dokter di Yangon yang berusia 29 tahun, kepada Reuters.

Baca juga: Pembangkangan Sipil Makin Menguat di Myanmar, Dokter dan Staf Medis Ambil Bagian

“Saya tidak memiliki kerangka waktu berapa lama saya akan terus melakukan mogok kerja ini. Itu tergantung situasinya," terangnya.

Menurut laporan Reuters, para pelajar dan kelompok muda juga telah bergabung dengan warga sipil dalam aksi pembangkangan terhadap kekuatan militer.

Sementara, belum ada tanggapan dari pihak militer terhadap aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para pihak medis sebagai bentuk protes terhadap kudeta.

Baca juga: China Halangi Upaya Dewan Keamanan PBB Kecam Kudeta di Myanmar

Militer Myanmar telah melakukan kudeta terhadap pemerintah sipil pada Senin (1/2/2021), setelah menuding adanya penipuan pemilu pada 8 November lalu, yang dimenangkan oleh Aung San Suu Kyi dari Partai Liga Nasional untuk Demorasi (NLD), secara telak

Kudeta tersebut menuai kecaman dari Amerika Serikat dan berbagai negara Barat lainnya, karena para jenderal yang berkuasa menahan Suu Kyi dan puluhan pejabat lainnya.

Untuk memperkuat kekuasaannya, junta meluncurkan dewan pemerintahan baru termasuk 8 jenderal dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing.

Itu mirip apparat yang berkuasa di bawah junta sebelumnya yang telah memerintah Myanmar selama hampir setengah abad hingga 2011.

Baca juga: Gelombang Protes Anti-kudeta Mulai Bergema di Kota Terbesar Myanmar

Peraih Nobel Perdamaian, Suu Kyi yang berusia 75 tahun masih ditahan, meski ada seruan internasional agar dia segera dibebaskan.

Seorang pejabat NLD mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada dalam tahanan rumah di ibu kota Naypyidaw dan dalam keadaan sehat.

Dalam protes publik terbesar terhadap kudeta sejauh ini, orang-orang di pusat komersial Yangon meneriakkan "kejahatan pergi" dan memukul pot logam pada Selasa malam waktu setempat (2/2/2021) sebagai isyarat tradisional untuk mengusir kejahatan atau karma buruk.

Baca juga: AS Nilai Militer Myanmar Lakukan Kudeta, Berniat Hentikan Bantuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com