Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Jalankan Taktik Perang Saat Trump Pergi dengan “Bola Nuklir” Masih Bersamanya

Kompas.com - 21/01/2021, 15:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber The Sun

WASHINGTON, KOMPAS.com - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 Donald Trump untuk melewatkan pelantikan Joe Biden, menimbulkan masalah soal sistem keamanan nuklir AS.

Melansir The Sun pada Rabu (20/1/2021), AS dipaksa menjalankan taktik perang karena penyerahan tradisional kode nuklir Presiden dibatalkan. Hal ini jelas menimbulkan masalah logistik serius bagi para pemimpin militer.

Masalahnya, Trump yang saat itu masih menjadi Presiden AS meninggalkan Washington DC sekitar pukul 8 pagi untuk terbang ke tanah miliknya di Florida, Mar-a-Lago.

Sebagai presiden, ia akan membawa “bola nuklir” bersamanya. Jika Trump meninggalkan “bola nuklir” dan kode, itu akan menjadi penyimpangan besar dari protokol.

Dalam kondisi normal, bola nuklir, yang berisi semua perlengkapan yang dibutuhkan presiden untuk meluncurkan serangan nuklir, akan diserahkan dari satu asisten presiden ke asisten presiden lainnya pada tengah hari.

Penyerahan itu merupakan bagian pelantikan yang signifikan dilakukan. Selain perangkat berupa koper logam berlapis kulit seberat 45 pon tersebut, kartu berisi kode otentikasi, yang dikenal sebagai "biskuit nuklir" juga harus diserahkan kepada Presiden baru.

Baca juga: Iran Lega karena Tiran Trump Sudah Keluar dari Gedung Putih

Pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Udara Buzz Patterson, yang membawa “bola nuklir” untuk mantan Presiden Bill Clinton, mengatakan kepada Business Insider, "Agar proses dapat berjalan, harus ada tanggung jawab yang jelas dalam peralihan.

"Kami menggunakan taktik perang dalam hal ini, dan kami mempraktikkannya tanpa henti selama bertahun-tahun. Kami tidak menganggap enteng hal ini."

Dengan penyerahan yang biasa tidak dapat dilakukan, para pejabat harus mencari solusi yang rumit untuk memastikan penyerahan nuklir berjalan mulus.

Stephen Schwartz, seorang rekan senior bukan penduduk di Bulletin of the Atomic Scientists, mengatakan kepada CNN bahwa situasi yang tidak biasa itu berarti perubahan pada protokol bola nuklir biasa.

“Setidaknya ada tiga hingga empat “bola” yang identik: satu mengikuti presiden, satu mengikuti wakil presiden, dan satu secara tradisional disisihkan untuk orang yang ditunjuk pada acara pelantikan dan sudah diangkat sumpah,” katanya.

"Pada 20 Januari, perangkat ekstra akan keluar kota di suatu tempat dengan orang yang ditunjuk. Menyisakan perangkat di Mike Pence, kecuali Kantor Militer Gedung Putih telah mempersiapkan, atau sudah memiliki, cadangan lain untuk Tuan Biden."

Hingga waktunya resmi Joe Biden dilantik sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat, Trump masih akan menjadi satu-satunya orang yang berwenang meluncurkan senjata nuklir.

Tapi, meskipun dia akan berada di Florida dengan bola nuklir dan biskuit otorisasi, kekuatan serangan nuklir Trump akan berakhir pada siang hari, karena kodenya akan dinonaktifkan.

Baca juga: Dapat Surat dari Donald Trump, Biden: Beliau Murah Hati

Penyimpangan dari tradisi terjadi di tengah serangkaian keputusan Trump yang kontroversial dalam keputusan menit-menit terakhir pukul 1 dini hari pada Rabu (20/1/2021), beberapa jam sebelum pelantikan Biden di Washington DC.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com