Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Datang dalam Keadaan Duduk, Jenazah Pria Ini Ditolak di Pemakamannya

Kompas.com - 03/12/2020, 20:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

PORT OF SPAIN, KOMPAS.com - Jenazah seorang pria di Trinidad-Tobago dilaporkan ditolak masuk ke upacara pemakaman sendiri, setelah dibawa dalam keadaan duduk.

Che Lewis (29) dan ayahnya Adlay Lewis (54), yang tewas dibunuh di dalam rumah mereka, awalnya bakal dikuburkan pada 25 November.

Jenazah Che kemudian dibawa ke gereja tanpa dibaringkan dalam peti mati. Dia dilaporkan dibalsem dalam posisi duduk sebagai penghormatan terakhir.

Baca juga: Jadi Misteri 7 Tahun, Kasus Mayat Perempuan di Kebun Salak Terungkap dari Motor Sport

Prosesi pemakaman yang tidak lazim itu melewati ibu kota Trinidad-Tobago, Port of Spain, menuju Gereja Evangelis St John di Diego Martin.

Mengenakan setelan kemeja dan celana putih serta jas pink, jenazah Che ditolak masuk ke dalam gereja karena staf tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dalam video dan foto yang berseliweran di internet, mayat korban pembunuhan itu kemudian didudukkan di depan gedung gereja.

Dilansir The Sun Rabu (2/12/2020), sejumlah pelayat yang datang awalnya tidak mengira bahwa sosok yang duduk di depan adalah mayat Che.

Saat itu, banyak pelayat yang mengira dia merupakan bagian dari staf pemakaman. Bahkan, ada yang mencelanya karena tak memakai masker.

Sejumlah video upacara pemakamannya dikomentari oleh netizen. "Ini merupalan bukti Trinidad-Tobago bukanlah tempat yang aman," kata salah satu warganet.

Baca juga: Wanita yang Hilang 4 Bulan Ternyata Tewas Diracun Selingkuhan, Jenazah Ditemukan Tinggal Tulang

Berbeda dengan Che yang sengaja didudukkan oleh Rumah Duka Dennie's, ayah Che dibaringkan dalam peti dan ditaruh dalam gedung.

"Setiap kehidupan adalah unik. Karena itu, kematian juga harus diperlakukan secara unik," demikian plakat yang dipampang di depan jenazah Che.

Tetapi, pada akhirnya jasad Che Lewis dimasukkan ke dalam peti untuk dimakamkan. Kepada Loop News, si pemilik rumah duka mengaku permintaan pemakaman datang dari pihak keluarga.

Dennie mengatakan pihaknya tidak asing dengan cara tersebut. Karena mereka sudah melihatnya di luar negeri, dan bersiap jika ada yang meminta itu.

Cara eksentrik itu disebut sebagai pembalseman ekstrem. Jenazah disuntikkan dengan cairan pengawet yang membuat mereka begitu kaku.

Baca juga: 4 Bulan Hilang, Ternyata Wanita Ini Dibunuh Selingkuhan, Jenazah Dikubur di Fondasi Rumah

Teknik itu dilaporkan berasal dari Puerto Riko pada medio 2008-an, di mana awalnya digunakan agar mendiang mendapat waktu penghormatan terakhir lebih banyak.

Permintaan itu semakin meningkat. Keluarga rela merogoh kocek hingga 2.000 poundsterling (Rp 38 juta), agar jasad kerabat mereka seolah bangkit lagi.

Namun, metode ini bukannya tidak menuai reaksi negatif. Polisi menyatakan apa yang dilakukan rumah duka sangat tidak bertangung jawab.

Mereka menyatakan bakal menggelar penyelidikan dengan ancaman denda 750 poundsterling (Rp 14,2 juta) menanti jika terbukti bersalah.

Seemntara pastor yang bertanggung jawab akan ibadah tersebut menuturkan, mereka akan meminta bentuk pemakaman keluarga seperti apa di masa depan.

Baca juga: TPU Pondok Ranggon Hampir Penuh, Sudah 4.550 Jenazah Covid-19 Dimakamkan Selama Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com