Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Copot Para Ahli dari Dewan Kebijakan Pertahanan Jelang Akhir Masa Jabatan

Kompas.com - 27/11/2020, 18:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Beberapa anggota tinggi Dewan Kebijakan Pertahanan negara Amerika Serikat dicopot pada Rabu (25/11/2020) oleh pemerintahan Donald Trump di hari-hari terakhir masa kekuasaannya.

Melansir CNN pada Kamis (26/11/2020), mengutip 3 sumber pejabat pertahanan, mengatakan bahwa langkah pemerintahan Trump ini dilakukan setelah pakar kebijakan luar negeri dan tokoh-tokoh keamanan nasional yang lama dibersihkan.

Anggota yang tiba-tiba dicopot termasuk mantan Sekretaris Negara Madeleine Albright dan Henry Kissinger, mantan anggota komite Intelijen DPR Jane Harman, serta mantan Pemimpin Mayoritas DPR Eric Cantor, kata 2 sumber pejabat.

Baca juga: Agen Intelijen AS Dikabarkan Tewas di Somalia, CIA Bungkam

Dewan Kebijakan Pertahanan adalah kelompok penasehat di luar dari pejabat tinggi keamanan nasional.

Tugas mereka adalah "Memberikan Sekretaris Pertahanan dan Wakil Menteri Pertahanan, nasehat dan pendapat independen serta menginformasikan masalah-masalah kebijakan pertahanan dalam menanggapi tugas-tugas khusus dari Sekretaris Pertahanan, Wakil Menteri Pertahanan."

"Sebagai bagian dari perubahan yang telah lama dipertimbangkan, kami dapat memastikan bahwa beberapa anggota Dewan Kebijakan Departemen Pertahanan telah disingkirkan," kata ketiga sumber pejabat pertahanan itu yang tidak disebutkan namanya. 

Baca juga: Meski Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Trump Serukan Masyarakat AS Berkumpul Selama Liburan Thanksgiving

"Kami sangat berterima kasih atas pengabdian, komitmen, dan kontribusi mereka terhadap keamanan nasional kami. Pengumuman di masa mendatang untuk anggota baru dewan akan segera dibuat," lanjut mereka.

Dua pejabat pertama mengatakan anggota yang dicopot juga termasuk mantan Kepala Operasi Angkatan Laut, pensiunan Laksamana Gary Roughead, mantan kepala operasi di Pentagon Rudy De Leon dan mantan wakil penasehat keamanan nasional Bush JD Crouch II.

Menteri Pertahanan Christopher Miller, yang melakukan perjalanan mendadak ke Bahrain dan Qatar pada Rabu (25/11/2020), mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis, "Saya berterima kasih kepada anggota dewan yang pergi, banyak dari mereka yang telah mengabdi selama beberapa dekade."

Baca juga: Thanksgiving, Biden Sarankan Warga AS Tahan Diri untuk Tidak Berkumpul dalam Acara Besar

Pernyataannya keluar hampir sepekan setelah mengumumkan pasukan AS di Irak dan Afghanistan akan dikurangi lebih lanjut.

"Saat kami mengadaptasi Departemen untuk persaingan kekuatan besar, saya berharap untuk menunjuk anggota dewan baru dalam beberapa hari mendatang," kata Miller.

Setelah Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper pada awal bulan ini, Pentagon membuat perubahan besar dalam kepemimpinan dan memecat beberapa pejabat paling senior, menggantinya dengan yang dianggap loyalis kepada Presiden Trump.

Baca juga: Apa Itu Masa Transisi Kepresidenan AS?

Tindakan itu memicu kekhawatiran di kalangan pejabat militer dan sipil yang khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Penunjukkan baru yang terjadi termasuk pensiunan Brigjen TNI. Jenderal Anthony Tata, sekarang pejabat tinggi Pentagon.

Anthony Tata dikenal pernah menyebut mantan Presiden Barack Obama sebagai pemimpin teroris dan menyarankan bahwa mantan direktur CIA menggunakan kutipan Cicero untuk mengaktifkan agen tidur untuk membunuh Trump.

Baca juga: Angkatan Laut Rusia Kejar Kapal Perang AS di Wilayah Pasifik, Mengapa?

Kash Patel, mantan ajudan Republikan Devin Nunes dari California, adalah kepala staf Miller dan memimpin upaya transisi Pentagon dengan pemerintahan Biden-Harris yang akan datang.

Ezra Cohen-Watnick juga ditunjuk untuk jabatan baru dan akan bertindak di bawah Menteri Pertahanan untuk intelijen.

Cohen-Watnick menjadi terkenal pada Maret 2017 karena dugaan keterlibatannya dalam memberikan materi intelijen kepada Ketua Intelijen DPR saat itu, Nunes, yang kemudian mengklaim bahwa pejabat intelijen AS secara tidak tepat mengawasi rekan-rekan Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com