WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden terpilih Joe Biden telah mengecam Donald Trump sebagai salah satu "presiden paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika".
Biden juga menyebut tantangan presiden petahana terhadap hasil pemilihan November "sangat merusak".
Pada Kamis (19/11/2020) setelah melakukan telpon dengan para gubernur negara bagian, presiden terpilih AS mengatakan bahwa dirinya tidak masalah dengan penolakan pribadi Trump untuk mengakui hasil pemilahan presiden dan mencegah transfer kepemimpinan.
Namun, yang menjadi perhatiannya adalah tindakan Trump itu dapat "mengirimkan pesan yang mengerikan tentang siapa kita sebagai sebuah negara".
Baca juga: Penulis Biografi Trump Sebut Presiden AS Itu Bermasalah secara Psikis dan Emosi
"Apa yang presiden lakukan sekarang, itu akan menjadi insiden lain di mana dia akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu presiden paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika," kata Biden kepada wartawan di Wilmington seperti yang dilansir dari The Guardian pada Kamis (19/11/2020).
"Itu sama sekali tidak sesuai dengan norma, dan ada pertanyaan apakah itu legal," jelasnya.
Menurutnya, orang Amerika dapat "menyaksikan sikap tidak bertanggung jawab yang luar biasa, pesan yang sangat merusak dikirim ke seluruh dunia tentang bagaimana fungsi demokrasi."
"Aku tidak tahu motifnya, tapi menurutku itu sama sekali tidak bertanggung jawab," kata Biden.
Baca juga: Dianggap Berbahaya, Senator AS Akan Hentikan Niat Trump Jual Senjata Senilai Miliaran Dollar ke UEA
Trump telah mengajukan gugatan hukum di banyak negara bagian dan mengklaim, tanpa bukti, bahwa dia adalah pemenang pemilu yang sah.
Pemerintahan Trump telah menolak untuk mengakui Biden sebagai pemenang, memblokir tim transisi Biden dari pendanaan, ruang kantor, serta akses untuk menerima pengarahan rahasia sebagai presiden terpilih.
Tim kampanye Trump sejauh ini telah mengajukan setidaknya 9 tuntutan hukum yang menantang pemilu dan hasilnya, yang banyak di antaranya dianggap memiliki landasan hukum yang lemah oleh para ahli.
Pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, mengatakan pada konferensi pers sebelumnya pada Kamis, bahwa dia berencana untuk mengajukan lebih banyak tuntutan hukum dan bahwa Demokrat telah terlibat dalam "konspirasi nasional" untuk memanipulasi total suara, meskipun dia mengakui dia tidak memiliki bukti.
Baca juga: Donald Trump Berpotensi Picu Konfrontasi Besar untuk Sabotase Pemerintahan Joe Biden
"Ini tentang mencoba mengatur kondisi di mana separuh negara percaya bahwa hanya ada dua kemungkinan, apakah mereka menang atau pemilihan dicuri," kata Justin Levitt, seorang sarjana hukum konstitusi dan profesor di Loyola Law School, yang mengkritisi sikap tim kampanye Trump.
"Dan itu bukan demokrasi," ungkapnya.
Di Michigan, Trump telah melancarkan serangan habis-habisan pada hasil pemilihan.