Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macron: Perancis Lawan Ekstremisme Islam, Bukan Agama Itu Sendiri

Kompas.com - 05/11/2020, 15:05 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengatakan bahwa negaranya memerangi "separatisme Islam, bukan Islam".

Hal itu ditandaskan oleh Macron untuk merespons artikel Financial Times yang dia klaim telah salah mengutip pernyataannya, dan kemudian pernyataan tersebut dihapus dari website surat kabar itu.

Dalam sebuah editorial surat kabar yang diterbitkan pada Rabu (4/11/2020), Macron mengatakan bahwa surat kabar Inggris itu menuduhnya "menstigmatisasi Muslim Perancis untuk tujuan pemilihan dan menumbuhkan iklim ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka".

Baca juga: Ali Khamenei: Dukungan Kartun Nabi Muhammad adalah Politik Pemerintah Perancis yang Kejam

"Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengklaim bahwa Perancis, atau pemerintahnya, mendorong rasisme terhadap Muslim," kata Macron seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (5/11/2020).

Sebuah artikel opini yang ditulis oleh seorang koresponden Financial Times yang diterbitkan pada Selasa menuduh bahwa kecaman Macron atas "separatisme Islam" berisiko mendorong "lingkungan yang tidak bersahabat" bagi Muslim Perancis.

Baca juga: Dituding Bersekutu dengan Erdogan, Perancis Larang Kelompok Ini Beraktivitas

Artikel tersebut kemudian dihapus dari situs web koran tersebut, diganti dengan pemberitahuan yang mengatakan bahwa artikel itu "mengandung kesalahan faktual".

Presiden Perancis dalam beberapa bulan terakhir telah memicu protes di seluruh dunia Muslim setelah pembunuhan guru Samuel Paty pada bulan lalu, yang telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya.

Saat itu, Macron mengatakan Perancis tidak akan pernah menolak undang-undang yang mengizinkan karikatur Nabi Muhammad beredar.

Baca juga: Perancis Rincikan Hukum Separatisme yang Singgung Islam

Islam melarang menggambarkan bentuk Nabi Muhammad.

Menyusul protes dan boikot barang-barang Perancis di seluruh dunia, Macron mengatakan kepada jaringan Al-Jazeera selama akhir pekan bahwa dia memahami karikatur itu bisa mengejutkan bagi sebagian orang.

Namun mengingat gelombang serangan Islamis di Perancis sejak 2015, Macron memperingatkan dalam suratnya pada pekan ini, bahwa masih ada "tempat berkembang biak" untuk ekstremisme di Perancis.

Baca juga: Pembunuh 3 Orang di Gereja Perancis Positif Virus Corona

"Di distrik-distrik tertentu dan di internet, kelompok-kelompok yang terkait dengan Islam radikal mengajarkan kebencian terhadap republik, kepada anak-anak kita, meminta mereka untuk mengabaikan hukum yang ada," tulisnya.

"Inilah yang diperangi Perancis untuk melawan...kebencian dan kematian yang mengancam anak-anak. Tidak pernah melawan Islam. Kami menentang penipuan, fanatisme, ekstremisme kekerasan. Bukan agama," tandasnya.

Baca juga: Dua Geng di Perancis Ini Terlibat Perang di Siang Bolong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com