Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Macron Primitif, Mahathir Dukung Boikot Produk-produk Perancis

Kompas.com - 29/10/2020, 21:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Eks perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyuarakan dukungannya kepada umat Islam untuk memboikot produk-produk Perancis.

Dukungan itu ia ungkapkan sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron tentang Islam.

Mahathir menyebut Macron "sangat primitif" karena menyalahkan Islam dan Muslim atas pemenggalan kepala guru Samuel Paty, dengan menyatakan bahwa pembunuhan itu tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Baca juga: Dilanda 2 Serangan dalam Sehari, Perancis Naikkan Status Darurat ke Level Tertinggi

"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah membunuh. Perancis dalam perjalanan sejarahnya telah membunuh jutaan orang. Banyak yang Muslim."

"Boikot tidak dapat mengompensasi kesalahan yang dilakukan Perancis selama ini," tulisnya dalam unggahan di blog pada Kamis (29/10/2020).

Politisi berjuluk Dr M itu melanjutkan, kebebasan berekspresi tidak termasuk kebebasan untuk menghina orang lain atau mengecam mereka.

Baca juga: Kronologi Serangan Pisau di Gereja Nice Perancis, 1 Wanita Dipenggal

Ia juga menulis, di Malaysia konflik rasial besar-besaran dapat dihindari karena warganya bisa menghargai sensitivitas orang lain.

"Kalau tidak begitu, maka negara ini tidak akan pernah damai dan stabil."

Selain reaksi dari para pemimpin Muslim di sejumlah negara mayoritas Islam, komentar Presiden Perancis juga menuai kritik dari politisi top Malaysia lainnya seperti pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dan Menteri Luar Negeri Hishamuddin Hussein sebagaimana diberitakan Free Malaysia Today pada Kamis (29/10/2020)

Baca juga: 1 Orang Dipenggal dalam Serangan di Gereja Perancis, Ini Tanggapan Rusia

Komentar Macron dilontarkan pekan lalu saat menanggapi pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris awal bulan ini.

Paty dibunuh lantaran menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada para muridnya di kelas tentang kebebasan berbicara.

Gambar tersebut sebelumnya juga memicu serangan berdarah oleh pria bersenjata di kantor majalah satir Charlie Hebdo, penerbit aslinya, pada Januari 2015.

Baca juga: Deretan Kasus Serangan Terorisme yang Membunuh Sejumlah Warga di Perancis


 

Pemerintah Perancis mengatakan insiden pemenggalan Paty sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara, dan menambahkan mereka akan membela hak untuk menayangkan kartun tersebut.

Macron menyebut guru itu pahlawan, dan dia berjanji untuk melawan "separatisme Islam".

Kementerian Luar Negeri Perancis pada Selasa (27/10/2020) mengeluarkan nasihat keselamatan untuk warga negara Perancis di Indonesia, Turki, Bangladesh, Irak, dan Mauritania, menasihati mereka untuk berhati-hati.

Mereka juga diminta untuk menjauh dari protes apa pun yang terkait dengan kartun Nabi Muhammad dan menghindari pertemuan publik.

Baca juga: Penjaga Konsulat Perancis di Jeddah Ditikam Seorang Warga Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com