Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelelawar Tidak Seharusnya Disalahkan Terkait Covid-19, Ini Sebabnya

Kompas.com - 14/10/2020, 11:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pria asal Zimbabwe, Mathieu Bourgarel, sesekali meminta izin dari tetua desa untuk mengunjungi gua-gua suci, sambil membawa persembahan untuk menenangkan roh-roh setempat.

Dengan mengenakan masker, baju overalls, dan tiga lapis sarung tangan, dia memasuki kegelapan, menuruni tangga tali, dan melalui ruang-ruang sempit di dalam gua.

Bau kelelawar ada di mana-mana, kotorannya mengendap berlapis-lapis di lantai dan dia berjalan seperti mengarungi lapisan salju.

Terkadang, ada kelelawar yang terkejut dari tidur, dan sayapnya menyikat dekat saat terbang.

Orang-orang di daerah di Zimbabwe ini menyebut kelelawar sebagai "naga bersayap", "tikus terbang", atau sekadar "yang jahat".

Baca juga: Restoran Swedia Pajang Gambar Presiden China sebagai Manusia Kelelawar

Seperti di tempat-tempat lain di dunia, mamalia terbang tersebut sering disalahpahami. Bagi ahli ekologi satwa liar itu, mereka adalah makhluk yang indah dan luar biasa.

Para ahli ekologi satwa liar mengatakan kelelawar menakjubkan. Orang-orang takut akan sesuatu yang tidak mereka ketahui.

Bourgarel adalah pemburu virus untuk lembaga penelitian Perancis, Cirad. Dalam kerangka kerja sama dengan rekan-rekannya di Universitas Zimbabwe, dia pergi ke gua kelelawar untuk mengumpulkan sampel dan kotoran dari kelelawar.

Di laboratorium, para ilmuwan mengekstrak dan mengurutkan materi genetik virus-virus yang dibawa oleh kelelawar. Mereka telah menemukan berbagai virus corona yang berbeda-beda, termasuk satu yang masuk dalam keluarga yang sama dengan Sars dan Covid-19.

Penelitian ini adalah bagian dari upaya di seluruh dunia untuk menyelidiki keragaman dan susunan genetik dari virus-virus yang dibawa oleh kelelawar dan mempersiapkan segala hal agar dapat bereaksi dengan cepat ketika ada orang-orang yang mulai sakit.

Baca juga: Kelelawar Raksasa Hampir Sebesar Manusia Gegerkan Warga di Filipina

"Penduduk setempat sering mengunjungi habitat kelelawar ini, untuk mengumpulkan guano yang digunakan sebagai pupuk bagi tanaman mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui patogen yang dibawa oleh kelelawar tersebut, karena dapat ditularkan ke manusia," kata Elizabeth Gori dari Universitas Zimbabwe.

Pakar-pakar kelelawar telah meluncurkan kampanye Don't Blame Bats (Jangan Menyalahkan Kelelawar) untuk menghilangkan ketakutan dan mitos yang tidak berdasar tentang kelelawar yang pada akhirnya mengancam konservasi.

Mereka mengatakan kelelawar adalah hewan yang paling disalahpahami dan diremehkan di planet ini.

Lama menjadi sasaran penghinaan, penganiayaan, dan prasangka budaya, kelelawar telah disalahkan atas sejumlah kejahatan yang menimpa manusia. Dan ketakutan dan mitos tentang kelelawar semakin meningkat akibat Covid-19.

Baca juga: Lab di Wuhan Punya 3 Jenis Virus Corona dari Kelelawar

Asal Virus

Asal muasal virus yang telah menyebabkan pandemi belum diketahui. Tetapi sebagian besar ilmuwan setuju bahwa virus itu menyeberang ke manusia dari spesies-spesies hewan, yang kemungkinan besar kelelawar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com