Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Nazi Jerman Perintahkan Orang Yahudi Pakai Lencana 'Bintang Daud'

Kompas.com - 06/09/2020, 11:38 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini, 6 September, 79 tahun yang lalu, Nazi Jerman mengumumkan bahwa seluruh Yahudi di dunia harus mulai memakai lencana Bintang Daud atau Star of David. 

Lencana itu merupakan gabungan dua segitiga sama sisi sehingga membentuk heksagram. Rupanya, tidak hanya lencana Bintang Daud yang dipakai oleh orang Yahudi, mereka juga harus memakai pakaian khusus termasuk topi runcing.

Melansir Holocaust Center, orang Yahudi di Eropa, sudah memakai lencana Bintang Daud atau pakaian khusus setidaknya sejak abad ke-13.

Praktik itu terus berlangsung sepanjang abad pertengahan dan Renaisans tapi sebagian besar telah dihapuskan selama abad ke-17 dan 18.

Revolusi Perancis dan empansipasi Yahudi Eropa Barat di sepanjang abad 19 membuat pemakaian lencana Yahudi dihapuskan di Eropa Barat.

Baca juga: Misteri Istana Megah Kerajaan Yahudi Berusia 2.500 Tahun di Yerusalem

Mengapa lencana ini dilekatkan pada sosok Yahudi?

Nazi kembali menghidupkan praktik pemakaian lencana sebagai bagian dari penganiayaan mereka selama Holocaust.

Reinhard Heydrich, kepala Kantor Keamanan Utama Reich, adalah yang pertama kali merekomendasikan bahwa orang Yahudi harus mengenakan lencana pengenal setelah pogrom Kristallnacht pada 9 dan 10 November 1938.

Tak lama setelah invasi Polandia pada September 1939, Otoritas Jerman setempat mulai memberlakukan wajib pemakaian lencana .

Pada akhir 1939, semua orang Yahudi di wilayah Polandia yang baru dikuasai diharuskan memakai lencana tersebut.

Setelah menginvasi Uni Soviet pada 1941, Jerman kembali menerapkan persyaratan ini ke negeri yang baru ditaklukkan.

Sepanjang sisa tahun 1941 dan 1942, Jerman, negara-negara satelitnya, dan wilayah pendudukan baratnya mengadopsi peraturan yang menetapkan bahwa orang Yahudi harus mengenakan lencana pengenal.

Baca juga: Museum Auschwitz Kecam Parodi Korban Holocaust di TikTok

Hanya di Denmark, di mana Raja Christian X dikisahkan mengancam akan memakai lencana itu sendiri jika para penduduk Yahudi di negaranya diwajibkan memakai lencana Bintang Daud, barulah Jerman tidak dapat memberlakukan peraturan semacam itu.

Kebijakan pemerintah Jerman yang memaksa orang Yahudi untuk mengenakan lencana identitas hanyalah salah satu dari banyak taktik psikologis yang bertujuan untuk mengisolasi dan merendahkan orang Yahudi di Eropa.

Tindakan itu secara langsung menandai mereka sebagai orang yang berbeda (yaitu, lebih rendah) dari orang lain.

Hal itu memungkinkan Nazi Jerman melakukan pembunuhan 6 juta orang Yahudi. Mereka yang gagal atau menolak untuk memakai lencana tersebut berisiko mendapatkan hukuman berat, termasuk menghadapi hukuman mati.

Vonis itu juga diumumkan oleh Dewan Yahudi (Judenrat) Ghetto di Bialystok, Polandia "...Pihak berwenang telah memperingatkan adanya hukuman berat, hingga dan termasuk hukuman mati dengan tembak, yang akan diberlakukan bagi orang Yahudi yang tidak mau memakai lencana kuning di punggung bagian depan."

Desain lencana Bintang Daud juga diketahui bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain selama penjajahan Nazi Jerman.

Baca juga: Video TikTok Korban Holocaust Tuai Kritikan: dapat Menyakitkan dan Menyinggung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com