Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Isu Pemimpin Oposisi Rusia Diracuni, Begini Temuan Dokter Jerman

Kompas.com - 25/08/2020, 07:26 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

BERLIN, KOMPAS.com - Rumah sakit Berlin yang merawat pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengatakan, dia tampaknya telah diracuni.

Rumah sakit Charite mengeluarkan pernyataan yang berbunyi, "bukti klinis menunjukkan keracunan melalui zat yang termasuk dalam kelompok inhibitor kolinesterase."

Namun para dokter di Rusia membantahnya, dengan mengatakan zat kimia itu tak ditemukan di tubuh Navalny.

Baca juga: Jejak Racun Tak Ditemukan di Tubuh Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny

Dalam pernyataan terbarunya yang dirilis setelah temuan tim medis Jerman, para dokter di Omsk, Rusia, mengatakan tes tidak menunjukkan adanya inhibitor kolinesterase di tubuhnya.

Pekan lalu tim yang sama di Omsk berujar, kondisi Navalny disebabkan gangguan metabolisme yang dipicu gula darah rendah.

Pada Jumat (21/8/2020) mereka awalnya mengatakan Navalny tidak memungkinkan dipindahkan, tapi kemudian mengizinkannya diterbangkan ke Jerman dan mendarat di Berlin keesokan paginya.

Baca juga: Keracunan Parah di Pesawat, Pemimpin Oposisi Rusia Koma di ICU

Tim dokter di Jerman berkata, kondisinya "serius tapi tidak mengancam nyawa".

"Substansi pastinya belum diketahui," kata rumah sakit itu dikutip dari BBC Selasa (25/8/2020).

"Analisis telah dimulai secara luas. Efek racun - yaitu penghambatan kolinesterase dalam organisme - telah dibuktikan beberapa kali dan di laboratorium independen," lanjutnya.

Baca juga: Khawatir Pemerintah Rusia Mengintervensi, Alexei Navalny Diterbangkan ke Jerman

Hasil klinis belum jelas, kata pernyataan itu, dan tim medis memperingatkan kemungkinan efek pada sistem saraf.

Pemimpin oposisi Rusia itu dalam perawatan intensif dan masih dalam keadaan "koma buatan".

Pasien telah diberi obat penawar atropin, yang sama dalam kasus mantan agen KGB Sergei Skripal oleh dokter Inggris, setelah diracuni dengan agen saraf Novichok di Salisbury pada 2018.

Baca juga: Selamat dari Keracunan, Eks Mata-mata Rusia Jalani Hidup Baru bareng Putrinya

Apa itu inhibitor kolinesterase?

Itu adalah kelompok bahan kimia, beberapa di antaranya dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti Alzheimer.

Namun ketika digunakan dalam agen saraf dan pestisida, zat tersebut bisa berbahaya bagi manusia.

"Inhibitor kolinesterase memblokir enzim penting yang mengatur pesan dari saraf ke otot," kata Alastair Hay, Profesor (Emeritus) Toksikologi Lingkungan di Universitas Leeds.

"Enzim ini disebut asetilkolinesterase. Penghambatan enzim mengganggu pengiriman pesan ke saraf dan otot tidak lagi dapat berkontraksi dan rileks. Korban akan mengalami semacam kejang."

"Semua otot terpengaruh dan yang paling penting memengaruhi pernapasan. Saat pernapasan terhambat, individu mungkin jadi pingsan," lanjutnya dikutip dari BBC.

Baca juga: Dokter Masih Mendiagnosis Segala Kemungkinan yang Membuat Alexei Navalny Tak Sadarkan Diri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com