Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Peduli Tuntutan AS Menghentikan Program Rudal, Iran Malah Pamerkan Rudal Baru

Kompas.com - 20/08/2020, 20:44 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran mengabaikan tuntutan Amerika Serikat (AS) agar Teheran menghentikan program rudalnya, dengan memamerkan rudal balistik dan rudal jelajahnya yang baru, pada Kamis (20/8/2020).

Melansir Reuters pada Kamis (20/8/2020), menurut Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami rudal balistik yang dipertontonkan Iran itu dapat menjangkau hingga 1.400 kilometer. Sedangkan, rudal jelajah dapat menjangkau 1.000 kilometer. 

Baca juga: Mendiang PM Lebanon Rafiq Hariri Diduga Dibunuh atas Perintah Pemimpin Tertinggi Iran

"Rudal balistik ini disebut martir Qassem Soleimani, memiliki jangkauan 1.400 kilometer. Dan rudal jelajah, yang disebut martir Abu Mahdi, memiliki jangkauan lebih dari 1.000 kilometer," kata Hatami dalam pidato yang disiarkan televisi.

Gambar-gambar rudal itu ditampilkan di TV pemerintah, yang dikatakan sebagai "rudal jelajah terbaru Iran yang selanjutnya akan memperkuat kekuatan pencegahan (serangan) Iran".

Baca juga: Meski Akrab, Iran Masih Tunggu Konfirmasi Vaksin Corona Rusia dari WHO

Soleimani, kepala Pasukan Quds elit Iran, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis tewas pada Januari dalam serangan AS terhadap konvoi kedua negara di bandara Baghdad.

"Rudal dan khususnya rudal jelajah sangat penting bagi kami...fakta bahwa kami telah meningkatkan jangkauan dari 300 menjadi 1.000 dalam waktu kurang dari 2 tahun, adalah pencapaian yang luar biasa," kata Presiden Iran Hassan Rouhani.

Baca juga: UEA Tampik Tuduhan Iran, Berkhianat terhadap Negara Teluk

"Kekuatan militer dan program rudal kami bersifat defensif," terangnya. 

Pengumuman produk rudal Iran yang baru itu keluar, ketika Washington sedang berupaya untuk memperpanjang embargo senjata yang diberlakukan PBB terhadap Iran, yang akan berakhir pada Oktober di bawah kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia.

Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat sejak 2018, ketika Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan itu dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran.

Baca juga: Dugaan Intelijen: Iran Bayar Taliban jika Serang Pasukan AS

Washington mengatakan tujuannya adalah untuk memaksa Teheran menyetujui kesepakatan yang lebih luas, yang menempatkan batasan yang lebih ketat pada pekerjaan nuklirnya, serta mengekang program rudal balistiknya, dan mengakhiri perang proksi regionalnya.
Sementara, Iran telah menolak pembicaraan selama sanksi AS tetap berlaku.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan pada Rabu (19/8/2020), bahwa Trump telah memintanya untuk memicu pengembalian semua sanksi AS terhadap Iran di Dewan Keamanan PBB di New York pada Kamis (20/8/2020), setelah PBB menolak tawaran Washington untuk memperpanjang embargo senjata Teheran.

Baca juga: PBB Tolak Perpanjangan Embargo Senjata Iran, AS Mengancam Balik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com