ABU DHABI, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash mengatakan kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah "keputusan berdaulat", tanpa mengkhianati negara Teluk, seperti yang dimaksud Iran.
Israel dan UEA telah mengumumkan bahwa mereka membangun hubungan diplomatik penuh dalam kesepakatan yang dijembatani AS, akan membuat Israel menunda rencana aneksasi tanah yang sudah diduduki secara ilegal, yang mana bagi Palestina wilayah itu adalah negara masa depan mereka.
"Perjanjian perdamaian UEA-Israel adalah keputusan berdaulat yang tidak seperti yang dimaksud oleeh Iran. Kami mengatakan ini dan mengulanginya. Kami tidak menerima campur tangan dalam keputusan kami," kata Gargash di Twitter pada Senin (17/8/2020), dilansir dari Al Jazeera pada Senin (17/8/2020).
Baca juga: Palestina Kutuk Perjanjian Damai UEA-Israel, Tarik Pulang Dubesnya
Pada Minggu (16/8/2020), UEA memanggil kuasa hukum Iran di Abu Dhabi dan memberinya "memo dengan kata-kata yang kuat" sebagai tanggapan atas pidato Presiden Iran Hassan Rouhani yang oleh kementerian luar negeri UEA digambarkan sebagai tindakan "tidak dapat diterima".
Pada Sabtu (15/8/2020), Rouhani mengatakan UEA telah membuat "kesalahan besar" dalam mencapai kesepakatan untuk menormalkan hubungan dengan Israel dan menyebutnya sebagai pengkhianat negara Teluk.
Kesepakatan perdamaian yang didukung AS telah dilihat sebagai penguatan oposisi terhadap kekuatan regional Iran, yang dianggap negara-negara Teluk, Israel dan Washington adalah ancaman utama di Timur Tengah yang dilanda konflik.
Baca juga: Soal Perjanjian Damai Israel-UEA, Menlu AS: Langkah Besar di Jalan yang Benar
Pada Minggu (16/8/2020), sekretaris jenderal dari 6 anggota Dewan Kerjasama Teluk mengutuk "ancaman" yang dilontarkan Rouhani dan pejabat Iran lainnya terhadap UEA atas kesepakatan tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan rencana aneksasi hanya akan "ditahan sementara" atas permintaan AS.
Menteri intelijen Israel Eli Cohen pada Minggu itu juga, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat bahwa Bahrain dan Oman bisa menjadi negara Teluk berikutnya yang mengikuti UEA dalam meresmikan hubungan dengan Israel.
Baca juga: Iran: Damai dengan Israel, Masa Depan Berbahaya Menanti UEA
Israel menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Namun, UEA bersama dengan sebagian besar negara Arab lainnya, tidak memiliki hubungan diplomatik atau ekonomi formal dengan Israel.
Oman mempertahankan hubungan persahabatan dengan AS dan Iran, yang sebelumnya telah menjadi perantara bagi AS-Iran yang bertikai.
Baca juga: Israel-UEA Jalin Kembali Hubungan Diplomatik, Ini Respons Beberapa Negara
Sekutu dekat Arab Saudi, yang belum mengomentari kesepakatan UEA-Israel adalah Bahrain, yang sempat menjadi tuan rumah dari seorang pejabat senior Israel pada konferensi keamanan pada 2019, serta konferensi yang dipimpin AS tentang peningkatan ekonomi Palestina sebagai bagian dari rencana Timur Tengah Presiden AS Donald Trump.
Sumber pemerintahan di Kuwait mengatakan posisi negara ini terhadap Israel tidak berubah, dan akan berpotensi menjadi negara terakhir yang menormalkan hubungan dengan Israel, menurut laporan surat kabar lokal al-Qabas.
Baca juga: Berdamai, Sambungan Telepon Israel-UEA Mulai Berfungsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.