Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Ledakkan Kantor Penghubung, Adik Kim Jong Un Bakal Diselidiki Korsel

Kompas.com - 16/07/2020, 21:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Jaksa penuntut Korea Selatan (Korsel) membuka penyelidikan terhadap adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong.

Investigasi digelar buntut keputusannya meledakkan kantor perwakilan antara dua Korea yang berlokasi di Kaesong, Juni lalu.

Keputusan itu bisa jadi akan menimbulkan kemarahan Korea Utara, yang sudah sering mengecam Korsel, termasuk hinaan kepada Presiden Moon Jae-in.

Baca juga: Kim Yo Jong Perkuat Posisinya sebagai Orang Nomor 2 di Korea Utara

Juru bicara jaksa Distrik Sentral Seoul menyatakan, mereka menerima laporan untuk menginvestigasi Kim Yo Jong dari pengacara ibu kota.

Semua terjadi setelah pada Juni, kantor perwakilan Kaesong dihancurkan beberapa hari setelah Kim adik menyatakan "bangunan tak berguna" itu bakal "tinggal sejarah".

Sebelum penghancuran, Pyongyang melontarkan serangkaian kecaman buntut kegiatan para pembelot di perbatasan Korsel, dilansir AFP Kamis (16/7/2020).

Korut menyesalkan sikap tetangganya itu yang dianggap membiarkan pembangkang mengirim pesan propaganda, di mana salah satunya berisi hinaan bagi Kim.

Tensi semakin memanas setelah Korut mengancam bakal mengerahkan militer ke perbatasan, meski pada akhirnya, mereka membatalkannya.

Laporan dari pengacara Lee Kyung-jae menyatakan, bangunan yang dihancurkan Korut dibangun dan didanai oleh pemerintah Negeri "Ginseng".

Baca juga: Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung dengan Korea Selatan di Kaesong

"Kim menggunakan peledak untuk menghancurkan bangunan misi kuasi-diplomatik Korea Selatan yang melayani kepentingan publik," terang Lee dalam laporannya.

Selain Kim Yo Jong, Lee juga melayangkan laporan kepada Pak Jong Chon selaku ketua staf jenderal negara yang menganut ideologi Juche tersebut.

Berdasarkan hukum Korsel, Lee menekankan menghancurkan bangunan dengan peledak dan mengganggu kedamaian hukumannya adalah mati, atau tujuh tahun penjara.

Hukuman mati masih diterapkan oleh Negeri "Ginseng" meski pemerintah setempat belum mengeksekusi siapa pun sejak 1997 silam.

Baca juga: Adik Kim Jong Un: Korea Utara Belum akan Berhenti Bikin Senjata Nuklir

Secara teori, tentu mustahil bagi Seoul untuk menangkap Kim adik atau Pak dan kemudian menghadapkannya ke pengadilan Selatan.

Tetapi seperti dilansir Yonhap, Lee mengatakan dia ingin memberitahukan kepada rakyat Korut "kemunafikan yang dilakukan pemimpinnya".

Pengumuman tersebut berselang sepekan setelah pengadilan Korsel memerintahkan para petinggi Korut membayar kompensasi bagi tahanan perang yang mendekam di negaranya.

Relasi dua Korea tumbang buntut kolapsnya pertemuan Kim Jong Un dengan Presiden AS, Donald Trump, di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.

Baca juga: Rumor Adik Kim Jong Un Dipersiapkan Gantikan Kakaknya, Begini Kata Dubes Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pejabat Iran: Ebrahim Raisi Tewas Usai Helikopternya Menabrak Puncak Pegunungan

Pejabat Iran: Ebrahim Raisi Tewas Usai Helikopternya Menabrak Puncak Pegunungan

Global
Kronologi Penemuan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, IRCS: Tak Ada Jejak Korban Selamat

Kronologi Penemuan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, IRCS: Tak Ada Jejak Korban Selamat

Global
Lokasi Jatuhnya Helikopter Presiden Iran Ditemukan, Kondisi Heli Tidak Baik

Lokasi Jatuhnya Helikopter Presiden Iran Ditemukan, Kondisi Heli Tidak Baik

Global
Presiden Iran Ebrahim Raisi Dilaporkan Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Presiden Iran Ebrahim Raisi Dilaporkan Tewas dalam Kecelakaan Helikopter

Global
Prihatin Kecelakaan Helikopter Presiden Iran, China Siap Beri Dukungan dan Bantuan

Prihatin Kecelakaan Helikopter Presiden Iran, China Siap Beri Dukungan dan Bantuan

Global
Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Internasional
Raja Salman Infeksi Paru-paru, Sempat Nyeri Sendi dan Suhu Tinggi

Raja Salman Infeksi Paru-paru, Sempat Nyeri Sendi dan Suhu Tinggi

Global
Presiden Iran Ebrahim Raisi Belum Ditemukan Usai Helikopternya Jatuh

Presiden Iran Ebrahim Raisi Belum Ditemukan Usai Helikopternya Jatuh

Global
Rangkuman Hari Ke-816 Serangan Rusia ke Ukraina: Adu Tembak Drone | Kilang Krasnodar Setop Operasi

Rangkuman Hari Ke-816 Serangan Rusia ke Ukraina: Adu Tembak Drone | Kilang Krasnodar Setop Operasi

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Adu Jotos di Parlemen Taiwan | Robot Anjing Perang China

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Adu Jotos di Parlemen Taiwan | Robot Anjing Perang China

Global
Penasihat AS Bertemu PM Israel Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Penasihat AS Bertemu PM Israel Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Ukraina Klaim 492.290 Tentara Rusia Tewas sejak Perang 2022

Ukraina Klaim 492.290 Tentara Rusia Tewas sejak Perang 2022

Global
Helikopter Kepresidenan Iran Kecelakaan, Belum Diketahui Raisi Ada di Dalam

Helikopter Kepresidenan Iran Kecelakaan, Belum Diketahui Raisi Ada di Dalam

Global
UPDATE Perang Ukraina Terkini, Serangan Rusia Tewaskan 4 Orang di Kharkiv

UPDATE Perang Ukraina Terkini, Serangan Rusia Tewaskan 4 Orang di Kharkiv

Global
Kilang Minyak Krasnodar di Rusia Setop Beroperasi Usai Diserang Ukraina

Kilang Minyak Krasnodar di Rusia Setop Beroperasi Usai Diserang Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com