SAO PAULO, KOMPAS.com - Wali kota terbesar di Brasil, Sao Paulo, menyatakan sistem kesehatannya nyaris kolaps di tengah lonjakan ranjang darurat untuk merawat pasien virus corona.
Bruno Covas mengungkapkan, saat ini kapasitas rumah sakit sudah mencapai 90 persen, dan bisa penuh dalam waktu dua pekan saja.
Sao Paulo merupakan salah satu wilayah di Brasil yang paling parah terdampak virus corona, dengan korban meninggal mencapai 3.000 orang.
Baca juga: Naik 14.919 dalam 24 Jam, Kasus Covid-19 di Brasil Lampaui Italia dan Spanyol
Pada Sabtu (16/5/2020), Negeri "Samba" itu menempati urutan keempat untuk kasus infeksi tertinggi dunia, menggeser Spanyol dan Italia.
Kementerian kesehatan melaporkan adanya 7.938 infeksi baru dalam 24 jam terakhir, dengan total kasusnya melebihi 241.000.
Pakar kesehatan setempat menyatakan, jumlah infeksi bisa jadi lebih tinggi dari data pemerintah dikarenakan kurangnya alat tes.
Presiden Jair Bolsonaro mendapat kecaman baik dari dalam maupun luar negeri karena penanganannya yang dianggap tidak serius.
Dia mengabaikan anjuran pakar kesehatan ketika berfoto bersama pendukungnya di Brasilia, meski ada imbauan untuk menerapkan social distancing.
Baca juga: Sedang Rapat via Zoom, Presiden Brasil Pergoki Ada Pria Telanjang
Covas mengatakan, dia kini tengah berdiskusi dengan pemerintah negara bagian terkait menerapkan lockdown ketat sebelum rumah sakit kewalahan.
Gubernur Sao Paulo mempunyai wewenang atas kepolisian, sehingga Covas yakin bahwa idenya untuk memberlakukan karantina wilayah akan sukses.
Kota terbesar Brasil itu mempunyai populasi 12 juta, dengan data resmi menunjukkan banyak warganya yang tak mengindahkan social distancing.
Baca juga: 38 Suku Amazon di Brasil Terinfeksi Virus Corona
Presiden dari sayap kanan itu begitu populer di sana, dan berkali-kali mengklaim bahwa aturan pembatasan sosial hanya akan menghancurkan ekonomi.
Bolsonaro terus bersikukuh menyebut Covid-19 sebagai "flu ringan", menentang segala bentuk pencegahan seraya menyatakan infeksi tak bisa dihindari.
Pada April, presiden yang dijuluki "Donald Trump dari negeri tropis" itu bergabung dengan demonstran yang menuntut agar aturan lockdown dicabut.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Nelson Teich, yang baru menjabat kurang dari sebulan, mengundurkan diri karena tidak setuju dengan Bolsonaro.
Bahkan, dia terang-terangan mengkritik sang presiden karena mengizinkan gim dan salon kecantikan untuk dibuka, dilaporkan BBC Senin (18/5/2020).
Dengan pesan yang disampaikan campur aduk, dengan sikap pemerintah yang lamban, banyak orang Brasil yang tidak mematuhi aturan pencegahan virus corona.
Baca juga: Covid-19, Kota di Brasil Mulai Gali 13.000 Kuburan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.